Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gelang Giok (Part 6)

2 Juli 2024   18:23 Diperbarui: 2 Juli 2024   18:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Teruna dan Seruni siap mengikuti arahan Ayah dan Ibu!" jawab sang kakak perlahan dan lembut sambil menuntun si adik pelan-pelan menuju garasi.

"Uni janji tidak cengeng, Ayah!" peluk si bungsu manja kepada ayah, cinta pertamanya.

Ami dan Adi tanpa bicara dengan mata berembun menyalami kedua majikannya. Mereka berdua mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada. Ayusti berbisik pelan di telinga sang ART menitipkan kedua buah hatinya.

"Adi, jika sekiranya mungkin kalian berdua bisa segera menikah. Nanti kami akan membantu seutuhnya," bisik Nu kepada Adi sang sopir kepercayaan yang masih bujangan itu.

Adi kaget, tetapi sangat setuju dengan saran majikannya itu. Sementara, Ami tersipu sambil mengangguk perlahan. Sang juragan sudah paham dengan gelagat mereka berdua sejak pulang ke rumah orang tuanya itu.

"Berangkatlah, doa kami menyertai perjalanan kalian!" dilepaslah mobil pertama dan dengan segera dikuncilah semua pintu rumah tanpa kecuali.

Beberapa menit kemudian, meluncur pulalah mobil yang ditumpangi suami istri dengan Suyud sopir kepercayaan mereka. Segera  disusullah kendaraan yang telah membawa kedua putra putri mereka. Di pagi buta itu ditinggalkanlah rumah besar yang baru sekitar enam atau tujuh bulanan ditinggali bersama keluarga.

***  

Siap Berpetualang: Una dan Uni

Kendaraan meluncur dengan mulus memecah kesunyian pagi itu. Mendung yang menggelantung seolah-olah mengisyaratkan duka yang dialami keluarga muda tersebut menuju daerah pengasingan alias pelarian masing-masing. Kedua bocah yang masih mengantuk, terbuai dalam mimpi di jok belakang sambil memeluk bantal guling yang sengaja dibawa sebagai antisipasi perjalanan panjang mereka. Selimut yang bisa disulap sebagai bantal pun siap membersamai sehingga keduanya menikmati perjalanan dengan nyaman.

Sebelum berangkat, sang juragan mengisyaratkan agar keduanya segera meresmikan hubungan sehingga tidak menimbulkan fitnah. Saran tersebut sangat menyukakan hati sehingga perjalanan panjang ini bagi mereka seolah-olah perjalanan bulan madu. Dengan senyum malu-malu, Ami sesekali melirik sang sopir yang sedang serius menjalankan tugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun