Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gelang Giok (Part 4)

30 Juni 2024   09:07 Diperbarui: 30 Juni 2024   09:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Oh, ayo ...!" Ayusti yang dipanggil Bu Yus segera menggelandang Ami menuju kamar tidur.

Segera dikuncilah kamar tidur itu. Setelah napas Ami tertata, dengan sabar Ayusti memberinya minum terlebih dahulu. Ami pun menceritakan segala sesuatu yang didengar secara tidak sengaja di rumah kecil sang majikan. Ami menceritakan detail, tetapi tidak hafal suara siapa saja yang telah didengar. 

Hanya suara besar, suara lantang, dan suara cempreng yang didengar dan tak dikenali suara sesiapa. Dia mendengar kata Ganyong, Genthong ... secara sayup saja dan tidak tahu-menahu siapa yang dimaksudkan.

"Hmmm ..., ternyata mereka memang sudah merencanakan hendak membuat keluarga kita cures! Mereka ingin membabat habis keturunan Darman! 

Padahal, masih berkerabat dekat! Semoga Allah membantu kita menyelamatkan diri, menolong, dan menyelamatkan kita sekeluarga. Kalau demikian, mau tidak mau kita harus segera berbenah meninggalkan rumah ini. Tidak  bisa tidak! Kita harus mendahului mereka!" suara Nugroho bergetar.

"Mas, jadi ... apa yang harus kita lakukan?"

"Ya, kita harus bersiap-siap. Masukkan segala sesuatu yang penting ke dalam koper. Punyaku, punyamu, punya anak-anak. Paling tidak masing-masing satu koper. Aku akan berkoordinasi dengan sopir dulu!"

"Ami. Kalau kamu mau ikut kami, silakan segera kemasi barang-barangmu tanpa suara. Subuh ini kita akan berangkat. Yang penting nyawa kita selamat, Ami! Kita berdoa semoga Tuhan Allah berpihak kepada kita. Kamu semobil dengan anak-anak. Nanti kita pikirkan langkah selanjutnya!"

Ami mengangguk masih gemetaran, "Ss-sa-saya siap, Tuan. Ami ikut ke mana pun Tuan pergi!"

"Ya, Ami. Ke tanganmulah kami titipkan kedua putra putri kami! Bersediakah kamu?"

"Sendiko dhawuh!" jawab abdi setia itu menyanggupi dengan embun di ujung mata.

"Aku harus membela yang benar!" begitu pikirnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun