Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gelang Giok (Part 4)

30 Juni 2024   09:07 Diperbarui: 30 Juni 2024   09:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oke. Segera cari kendaraan sewa buat eksekusi! Sekarang, bubar! Lusa koordinasi lagi. Paham?"

"Jadi, siapa yang melakukan? Ganyong? Genthong? Atau siapa?" suara cempreng terdengar lantang juga.

"Nanti kukomando. Jangan banyak cingcong!" suara serak-serak basah terdengar marah.  

Selanjutnya suara langkah kaki menjauh dan lengang. Tidak  terdengar pembicaraan lagi. Ami membeku di pojok kamar mandi. Sangat beruntung, kawanan penjahat itu tidak ada yang masuk ke toilet. Mungkin, seandainya ada yang masuk, Ami akan dibantai sebab telah menjadi saksi pembahasan mereka. Tubuh Ami masih menggigil ketakutan, bibirnya membiru bergemetaran.

Sekitar satu jam sejak peristiwa menggetarkan itu, perlahan-lahan Ami keluar dari rumah yang membuatnya hampir mati lemas tersebut. Dia  mengendap-endap sebab situasi memang sangat lengang. Sebenarnya, tadi Ami berangkat sebelum magrib. Dia  ke warung seberang untuk membeli obat sakit kepala dan obat sakit perut karena di kotak P3K tidak ditemukannya lagi. Sayang, dia harus mengalami peristiwa mendebarkan.

Sesampai di rumah juragan muda sekitar empat ratusan meter dari rumah yang disinggahinya tadi, dengan tergopoh-gopoh dia mencari juragan perempuan.

"Bu Yus ... Bu Yus!" seru Ami mencari-cari istri juragan mudanya.

Di dapur, di ruang tamu, tidak ditemukannya. Ami beralih ke teras belakang, melihat kedua juragannya sedang duduk-duduk di sana segera ia mendekati.

"A-aa-anu ... ss-sa-saya mohon ... Ba-bapak, Ibu ba-bawa saya ke kamar A-anda se-sekarang juga!" pintanya gemetaran.

"Kamu kenapa, Ami? Ada apa?" selidik Nu sang juragan muda itu terheran-heran.

"Pe-penting! Se-sekarang!" tuturnya terbata-bata masih bergemetaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun