Ada Tanda Kehidupan
"Aku jatuh cinta padamu saat kita bersama, lalu jatuh cinta lebih dalam lagi saat kita terpisah."
Memasuki April 1998. Anye mulai merasakan kedut manja sang buah hati. Hatinya sangat riang. Beruntung selama ini tidak mengalami morning sickness, tetapi justru ngebo. Kondisi tahan banting, tetapi tidak terlepas dari yang namanya camilan buah-buahan segar. Makan apa pun tidak menolak. Konon pertanda kalau sang buah hati berjenis kelamin seperti sang ayah. Tidak rewel, tidak manja! Jagoan yang luar biasa! Hal tersebut sangat menguntungkan bagi pasangan muda yang sedang dimabuk cinta.
Namun, kondisi politik dan ekonomi di tanah air sedang genting-gentingnya. Para mahasiswa setanah air telah mempersiapkan agenda untuk meminta pejabat merombak sistem pemerintahan. Satu di antara sekian permintaan mahasiswa adalah penggantian presiden yang sudah 31 tahun mencengkeramkan kuku kekuasaannya di tanah air.
Pemilihan presiden untuk yang ketujuh kalinya itu benar-benar mencorengkan muka masyarakat karena seolah tidak ada pribadi yang mampu memerintah bangsa dan negara Indonesia! Belum lagi harga-harga yang meroket sangat menyengsarakan masyarakat kecil. Tidak puas dengan kondisi yang mendera masyarakat inilah, para mahasiswa di seluruh Indonesia menyuarakan isi hati demi perbaikan dan kebaikan.
Tergerak oleh situasi yang mulai memanas demi memperjuangkan kondisi di tanah air, Jalu berpamitan kepada Anye untuk membantu teman-teman yang sedang berjuang. Dia  meminta kepada orang tua untuk mengirimkan seorang ART guna menemani Anye agar tidak sendirian di rumah. Jalu sendiri berpamitan hendak mengawal teman-teman ke ibu kota negara dengan berkereta api bersama-sama.
Sebenarnya jauh di dalam lubuk hati, Anye tidak menyetujui keinginan sang suami. Dia  ingin melarang, tetapi Jalu tentu saja tidak bisa dilarang-larang. Tekadnya membulat demi membela ibu pertiwi yang sedang kolaps katanya.
Sementara itu, kandungan Anye masuk bulan keempat. Tanda-tanda kehidupan sudah mulai tampak dengan kedut-kedut menggelikan. Lingkar pinggang dan berat badan pun bertambah juga. Maklum dia tidak menolak makanan apa pun. Bahkan, baik orang tua maupun mertua sering mengirim bahan makanan sehingga praktis pengantin baru tersebut tidak pernah berkekurangan.
Baik bagi kedua orang tua Jalu, maupun kedua orang tua Anye, janin yang dikandung oleh Anye ini adalah cucu pertama mereka. Wajar kalau kedua pasang orang tua itu sangat berbahagia menyambut calon cucu mereka sehingga dicurahkanlah perhatian ekstra bagi tumbuh kembang sang calon cucu perdana.
Tidak ada kata krismon bagi keluarga kedua orang tua tersebut karena tingkat ekonomi mereka tergolong mapan. Jadi, meskipun keduanya sudah menikah, dana hidup masing-masing masih didukung penuh oleh orang tua. Malahan masing-masing menambahkan jatah untuk sang calon cucu. Penataan dari Allah secara sempurna, bukan?
Bahkan, agar Anye tidak kelelahan melaksanakan tugas sebagai mahasiswa, orang tuanya setuju untuk memberi seorang ART yang menemani dan membantu aktivitas kerumahtanggaan mereka. Di sinilah peran orang tua yang sangat menyayangi putra-putrinya itu tampak nyata.
Sayang di satu sisi Jalu tidak bisa diam melihat situasi ibu pertiwi yang sedang berduka. Bersama kawan-kawan dari fakultas lain, sekitar lima puluhan persona, mereka pamit untuk mengawal negeri menuju ibu kota negara. Terlebih setelah didengar empat sahabat dari Trisakti harus kehilangan nyawa. Juga kerugian materi yang tiada terhingga.