Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gelang Giok (Part 3)

29 Juni 2024   04:25 Diperbarui: 29 Juni 2024   04:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Nu

Nu bertugas di pulau seberang sebagai karyawan lepas perkebunan kelapa sawit karena ijazah dan kepiawaiannya. Sang ayah memanggilnya pulang untuk melanjutkan usaha keluarga. Nu yang mengetahui ayah bundanya tinggal sendiri dengan usaha yang makin berkembang akhirnya memutuskan untuk pulang kampung.

Karena kepiawaiannya, Nu yang sejak lima bulan sebelumnya dipanggil pulang sang ayah, si De One, sudah mulai mengetahui seluk beluk usaha yang dikomandani sang ayah itu. Kepada Nu, De One sang ayah, selalu berpesan agar seluruh anggota keluarga inti mengenakan gelang giok hijau lumut berseragam yang sengaja dipesan secara khusus. Sang ayah khusus meminta anak cucu kesayangan mengenakannya, teristimewa bila sedang berada di luar rumah.  Entah mengapa seolah-olah memiliki firasat bahwa gelang itulah yang bakal menyelamatkan sekaligus mempertemukan kembali seluruh anggota keluarga.

Namun, tak lama kemudian, tetiba kedua orang tuanya itu diculik dan dikabarkan tewas dalam kecelakaan lalu lintas di daerah Pujon, Batu. Belum jelas perkembangan berita yang masih simpang siur itu, salah seorang ART mendengar perbincangan yang menggetarkan hati dan cukup menakutkan.

Adalah Geng Genggong Group minus Sadrach yang berencana menghilangkan nyawa Nu dan keluarga kecilnya. Sadrach sudah dianggap tewas bersama misi pertama menghabisi sang kakak sulung. Kini saatnya melenyapkan keponakan beserta keluarga yang dirasa akan mengganggu proses perebutan harta warisan keluarga. Penjahat bertekad hendak membuat keturunan kulasentana itu cures, alias habis tandas tak bersisa.

Saat itu, sekitar pukul 18.20 WIB si ART hendak buang hajat dan singgah di salah satu rumah kecil, bagian dari rumah majikan yang sering kosong. Rumah joglo itu biasa dimanfaatkan sebagai ruang koordinasi bagi juragan sepuh dengan seluruh kolega dan pegawainya.

Ami, sang ART, mendengar dengan jelas rencana pembantaian keluarga muda itu. Ami juga mendengar bahwa orang tua sang majikan, yakni juragan sepuh, sudah tewas karena ulahnya. Ulah haus harta dan sekaligus haus darah! Rencana jahat hendak digelar sebagai siasat licik untuk menguasai seluruh harta kekayaan sang juragan itu. Walaupun Ami tidak tahu sesiapa yang mengadakan rapat itu, dia berpikir bahwa berita penting tersebut harus segera disampaikan kepada juragan muda demi keselamatan seluruh keluarganya.

Dengan sangat gemetar, Ami berdoa semoga siapa pun yang hendak mencelakai juragan kesayangan tersebut tidak memergokinya sedang berada di lokasi yang sama. Seluruh sendi terasa lepas, berat napas, kaki pun seolah tak bisa melangkah. Dirasakannya badan seketika menjadi kurcaci meringkuk di pojok kamar mandi kurang terawat. Diupayakan agar tidak menyenggol apa pun yang sekiranya menimbulkan bebunyian.

Bersyukur sekali pertemuan singkat tersebut tidak berlangsung lama. Para penjahat meninggalkan rumah tersebut, tetapi belum mengemukakan secara detail bagaimana mereka hendak menghabisi nyawa majikannya. Yang dia dengar dalam minggu ini keempatnya akan dieksekusi dan dihabisi.

"Minggu ini usahakan habisi mereka. Jangan pernah meninggalkan jejak. Bakar saja baik sesudah mati atau masih hidup!" gelegar tugas dikemukakan dalam suara parau.

"Upayakan secepatnya! Bisa cara dibakar sehingga diduga kebakaran akibat korsleting listrik!" suara berat lain menambahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun