"Mmmm ...."
"Tak apa, makin cepat makin baik!" Jalu mengusap lembut pipi Anye, "Kalau memang berhasil, justru kita bisa segera hidup bersama-sama selamanya, Anye! Menikah! Kamu jangan khawatir, ya!"
***
Ketika jarum jam menunjuk angka dua belas, keduanya bersiap meluncur kembali ke kampus sebab motor Anye masih di sana. Anye merasa lelah luar biasa, demikian juga Jalu. Sebenarnya masih ingin tiduran barang sebentar, tetapi sebaiknya segera pulang. Pikirnya kalau tidak segera pulang ada kekhawatiran aktivitas baru mereka itu justru akan terus berlanjut dan berulang.
Namun, tetiba Jalu tersadar. Dalam kondisi lelah bidadarinya tidak boleh mengendarai motor sendiri. Jalu mengusulkan agar mereka beristirahat dahulu memulihkan stamina diri.
"Nantilah, jika mentari sudah menggeser agak ke tenggara. Kita rebahan dulu, ya Sayang. Parkiran sampai sore, kok!" rayu Jalu diiyakan sang kekasih karena memang terasa letih.
Setelah beristirahat beberapa jam, kondisi fisik prima kembali, Jalu mengajak mengudap makanan yang ada. Dia buatkan sang kekasih segelas susu ditambah telur setengah matang. Keduanya menyantap makanan ekstra itu agar aura tampak ceria.
Saat perjalanan ke kampus kembali, Jalu mengajak singgah untuk membeli susu segar, telur, madu, dan Anye diminta membuat sendiri sesampai rumah demi mengembalikan energi yang terkuras sejak pagi. Jika suka boleh ditambahkan sedikit jahe atau sirup jahe. Jalu berharap dengan menjaga stamina keduanya tidak tampak loyo dan layu.
***