"Tentu saja! Aku suka menyanyi dan menari. Kalau biolaku tidak bisa kupakai, bagaimana aku menari dan menyanyi? Kamu kok nggak pandai juga, sih!"
Karena semut agak tersinggung, ia berniat hendak melanjutkan aktivitas mencari makanan daripada meladeni belalang sombong itu.
"Ya, sudah. Silakan lanjutkan, aku juga akan melanjutkan mencari makanan," kata Smuti.
"Eeee ... kenapa harus mencari makanan? Bukankah kita juga perlu refreshing, Kawan? Hidup hanya sekali, maka ... mari nikmati dengan bersuka hati!" ujar belalang sambil melipat tangan dan menyilangkan kaki panjangnya.
"Terima kasih. Kami akan mencari makanan sebagai tabungan disimpan di lumbung sehingga saat musim hujan tidak akan kekurangan pangan, Kawan!"
"Huh! Musim hujan maaahhh ... masih lama, Kawan! Tak perlulah dipikirkan sekarang! Saatnya bersantai dulu, mari menyanyi dan menari bersamaku!"
"Terima kasih, izin pamit dulu, Blanjang!" pamit Smuti.
"Huuufff ... binatang bodoh! Ngapain susah-susah menabung makanan. Kan makanan mudah banget dicari!" gerutu belalang sepeninggal semut itu.
Namun, tiba-tiba mendung kelabu datang berbondong-bondong dan hujan turun dengan lebatnya. Belalang sangat kaget.
"Eh, mengapa hujan datang tiba-tiba, ya?" sungutnya.
Bukan hanya hujan, banjir pun datang melanda. Area rerumputan tempatnya tinggal pun menjadi lautan air. Semua tergenang bahkan tenggelam. Belalang kebingungan.