"Tentang tanda-tanda!"
"Tanda apa?"
"Tanda bahwa aku sangat mencintaimu!"
"Ah, kamu makin ngaco aja, deh!"
"Apa masih kurang?"
"Ya, kamu yang kurang ajar! Dari tadi bicara ngelantur aja!" Anye memukul pria itu dengan gemas.
"Ehm, ... sini kuberi tahu supaya jelas!" ujar Jalu sambil sekali lagi mengangsurkan diri mendekati sang kekasih.
"Yang ketujuh, ya!" Jalu diam-diam menghitung aktivitas mereka dan hal itu tidak disadari sama sekali oleh Anye.
"Mulai besok ...," kata Jalu yang dilanjutkan game berikutnya, lalu memberi jeda, dan melanjutkan ucapan, "akan tampak sesuatu yang istimewa dan kamu akan mengingatnya sebagai kenang-kenangan terindah dariku. Kamu akan merindukan aku dan bagaimana aku menyematkan kenangan terindah itu!"
Jalu masih melancarkan aksi manis dengan lembut beberapa saat hingga Anye pun hampir terhilang dalam dunia fatamorgana yang sengaja dihadirkan di depan netra. Jalu masih membawanya terayun menikmati aneka sensasi keindahan alam percintaan.
Makin piawai dan kian merindukan! Ada rasa luar biasa dan tak dapat dilukiskan dengan aksara serta kata-kata. Ada rasa debar dan desir agak berbeda memberikan signal-signal istimewa serta tak mampu diterjemahkan dengan bahasa manusia.
"Jjaluuu ...," keluh yang dibisikkan Anye ke telinga sang kekasih.
"Hmmm ...," jawabnya menyungging puas lelas yang hampir tak terdeteksi indera manusia.
*** Â