Kekerasan, kehinaan, dan berbagai kesulitan hidup harus diterima seolah kawah candra dimuka untuk menempa mental spiritualnya. Akhirnya, masa berjaya itu pun tibalah. Damar Wulan dinobatkan menjadi pejabat negara.Â
Nilai didaktis yang kuperoleh dari dongeng kakek ini antara lain adalah keberanian, ketulusan, tanggung jawab, dan kerja keras untuk mencapai cita-cita. Kisah itulah yang kupegang hingga aku pun tidak goyah manakala mendapatkan bom hatag (hambatan, tantangan, gangguan, dan ancaman) dalam meraih cita-cita. Sama seperti Damar Wulan, aku pun merasakan pedih dan sedihnya dihina dan ditimpa berbagai kesulitan.
Cerita kakek sangat menguatkan hati, iman, dan mentalku dalam meraih mimpi dan menggapai cita-cita. Itulah kenang-kenangan yang tak terlupakan dari sosok kakek. Bahkan, kegemaran beliau bercocok tanam pohon keras berupa pohon buah-buahan langka pun menular dan menurun padaku.
Masih kuingat saat kakek menjolok jeruk bali di depan rumah. Pohon sarat buah itu pernah menjadi sumber petaka karena kepala kakek kejatuhan buah jeruk bali besar hingga pingsan. Untuk mengenang kakek, aku pun menanam pohon yang sama. Bukan pohon jeruk bali, melainkan jeruk pamelo bonsai sehingga tidak menjulang tinggi. Bahkan, ada juga kutanam durian, duku, langsat, rambutan, sirsak, mangga, alpukat, klengkeng, dan amazon. Walaupun tinggal di kota, aku tetap mempertahankan nuansa desa sehingga banyak orang kagum juga.
"Nuansa desa di tengah kota!" tutur beberapa teman yang bertandang ke rumah.
Jika buah amazone sedang masak, warna jingga dan rasa manisnya mengundang kawanan kutilang dan trocokan liar datang bertandang. Demikian juga tekukur dan perkutut liar yang selalu kusiapi taburan nasi kemarin di halaman. Sungguh, seolah masih terdengar sayup siul Kakek memanggil dan menanggapi kicau burung liar kesukaan kakek itu. Perkutut terutama. Nah, kalau terdengar suaranya di atap rumah, pastilah aku merinding dibuatnya. Seolah perkutut klangenan kakeklah yang sedang manggung kung alias berkicau dengan suara empuk di sekitaran rumahku. Â
Ya, aku menghidupkan nostalgia masa lalu dengan menghadirkan apa yang digemari kakek.
Kata nenek sebelum berpulang, "Siapkan apa yang disukai bapakmu, pasti beliau berkenan mengunjungimu!"
Aku  sih enggak seratus persen percaya dengan hal klenik, tetapi mengundang kenangan seperti itu cukup membahagiakan.
Sekadar mengobati rasa rindu akan rumah di desa, khususnya almarhum kakek di masa lalu. Ya, menghidupkan kenangan dengan caraku: menuliskan kenangan itu! Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H