Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Pinta dalam Diam

21 Juni 2024   01:49 Diperbarui: 21 Juni 2024   01:53 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratna berpikir, kelak jika kuliahnya selesai, ia akan bekerja juga sebagai penjahit meski kerja sambilan. Hal itu karena ia tahu menjahit pun merupakan profesi menjanjikan. Selain memiliki seni tersendiri, keterampilan tersebut memerlukan kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan yang bisa mengasah mata batin pula. Ia ingin menjadi sosok wanita yang sabar, tabah, dan tahan banting di tengah gempuran kondisi ekonomi keluarganya.

Empat tahun perjalanan dalam perkuliahan dan pertarungan hidup, akhirnya Ratna  pun membawa kedua orang tua ke kampus. Ayah mengayuh becaknya dengan netra berembun. Dua penumpang berkebaya, satu di antaranya bertoga. Istri dan putri bungsu tercinta!

"Dengan bangga segenap Civitas Akademika mengucapkan selamat kepada wisudawan-wisudawati berikut. Ratna  Muktiani, S.Pd. dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Meraih  IPK tertinggi, yakni 3,46. Selamat memperoleh predikat yudisium cum laude!  Mohon tepuk tangan yang meriah hadirin menyambut Ratna  Muktiani, S.Pd. Yang bersangkutan dipersilakan naik ke podium untuk menerima ucapan dari bapak Rektor!"

Allah telah mempertontonkan keagungan-Nya. Seorang ayah dari kasta terendah dengan profesi sebagai pengayuh becak, digiring bersama istri untuk naik panggung kehormatan pada ajang pesta wisuda kala itu. Allah yang menjadi tempat mengadu dan mengaduh bagi putrinya itu telah membimbing pada klimaks skenario pada sisi pendidikan dari masyarakat akar rumput.

Terpujilah Allah kekal selamanya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun