Cinta Super Kilat (part 1)Â
Oleh: Ninik Sirtufi RahayuÂ
Jumat minggu kedua bulan November. Dua minggu sebelum itu kakak sulung mengirim pesan Whatsapp mengabarkan hendak singgah ke kota kelahiran setelah bertugas luar kota, bahkan luar pulau. Dia berkesempatan diundang sebagai pembicara entah acara apa. Karena itu, setelah mendapat tugas kantor dari Bali, ia berpesan agar aku pun pulang dengan menggunakan kendaraan umum terserah apa yang kusukai dari tempatku berkuliah. Maka aku pun mencoba menggunakan kereta api menuju kota kelahiran.
Kota Malang dengan stasiun baru bertaraf internasional tampak semakin cantik menarik. Bersih, rapi, dan tentu saja bebas dari pencopet serta pedagang asongan. Tidak lagi seperti kondisi stasiun di masa kecilku dahulu.
Dari  apron, kakak kabarkan telah landing dengan selamat di Bandara Abdulrahman Saleh, berencana langsung menjemputku ke stasiun kota baru. Sekitar satu jam lebih aku menunggu di peron, tetapi tidak merasakan suntuk dan lelah sama sekali karena kerapian dan kebersihan stasiun itu hampir menyamai kondisi Bandara Changi, Singapore. Luar biasa ...
Nama bulan Masehi yang mengandung suku kata 'ber', seperti September, Oktober, November, dan Desember kata orang selalu mengandung hujan. Apalagi Januari yang di-keratabasa sebagai hujan sehari-hari. Maka, tidak berlebihan jika bulan ini adalah bulan hujan.Â
Jadi teringat akan seorang guru tentang mendung dan hujan, nih!
"Mendung menggelantung menyelimuti gunung-gunung yang sedang merenung bingung," papar guru Bahasa Indonesia ketika menjelaskan rima (sajak atau perulangan bunyi yang sama) saat membahas keindahan puisi.
***
Kampung Lumbung
Jika mencermati dengan Google, kita temukan sebuah penginapan yang terletak di Desa Beji, Batu, Malang, Jawa Timur. Bernuansa khas pedesaan, dengan pemandangan alami khas pedesaan pegunungan. Tidak salah kakak memilih tempat itu untuk bernostalgia di kota kelahiran yang bertahun lalu telah kami tinggalkan.