Kedua orang tua Danang masing-masing pergi entah ke mana. Semula Danang ikut neneknya, tetapi setahun silam beliau dipanggil Tuhan. Akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, Danang terpaksa memulung dan menemukan sahabat di rumah singgah.
"Kak, menurut saya, kita harus menolong siapa pun yang membutuhkan pertolongan dengan ikhlas dan tanpa pamrih," kata Ardi.
"Yak, betul banget, Ardi. Menolong tanpa pamrih baik kepada hewan, apalagi kepada manusia!" sambut Kenanga.
"Kak, jangan menyiksa binatang, tetapi kasihilah makhluk hidup ciptaan Allah!" ulas Ramang si penyuka bola.
"Yup, bagus, Ramang! Apalagi saat ini sudah banyak cat lovers yang memberi makan kucing liar di jalanan, ya! Sungguh, aktivitas mereka patut diacungi jempol juga!"
"Iya, Kak. Tapi masih ada juga orang yang membuang kucing dikarungi, bahkan dibuang di sungai dalam karung tertutup. Tega banget, ya!" sergah Ramang.
"Iya, mereka tidak punya perikehewanan!" sambut Kenanga.
"Kak, apakah kami harus membaca buku dulu untuk bisa membagikan cerita?" tanya Upik.
"Wah, pertanyaan yang bagus. Iya, Upik, kita bisa membaca buku cerita dulu kemudian menceritakan ulang. Seperti yang Kakak lakukan juga bisa. Menceritakan apa yang dilihat atau didengar. Bahkan, bisa menceritakan apa yang kita rasakan dan alami sendiri.Â
Jadi, tergantung Upik saja. Upik bisa kok menceritakan yang Upik baca, lihat, dengar, bahkan rasakan dan alami sendiri. Banyak sumber cerita yang bisa kamu kemukakan ulang," jawab Kenanga.
"Oh, begitu. Jadi, kalau misalnya Upik nonton topeng monyet, lalu Upik ceritakan, boleh?"