Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

First Love Never Dies

14 Juni 2024   05:17 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku meminta para suster untuk menempatkanku di ruang lain, di ruang belakang, di kelas empat meskipun tetap membayar di kelas dua seperti di ruang tersebut. Alasanku mencari tempat yang sepi saja. Padahal, maksudku agar  tidak bertemu dengannya. Ya, aku menghindari pertemuan dengannya. Akan tetapi, suster tidak mau tahu alasanku. Tetap saja aku diletakkan bed rest di satu ruangan yang sama dengan istrinya. Karenanya, setiap jam bezuk tiba, aku selalu tidak berada di tempat sama itu.

Aku berusaha berada di tempat rehat para suster supaya tidak bertemu dengan Mas Yustinus . Beruntung hanya dua hari saja di ruang rawat inap itu. Hanya sekali aku bertemu dari kejauhan. Mas Yustinus  sempat menjenguk sejenak hanya untuk mengucapkan selamat saja. Tentulah aku menyembunyikan perasaanku yang masih tersisa meski sudah sekitar delapan tahun kutinggalkan dia!

***
Beberapa tahun kemudian, ada acara di kampus. Kami memang mengambil jurusan yang sama,dan masih di kota yang sama sehingga kemungkinan dan peluang bertemu cukup besar. Ternyata, Mas Yustinus  mencari dan sengaja nimbrung di grupku. Ya, bertemu kembali setelah sudah sama-sama berkeluarga. Beruntung, aku tidak salah tingkah meskipun beberapa teman masih menggoda dan mencandai kami.

Waktu berjalan dengan cepat. Beberapa tahun kemudian kami bertemu kembali di acara berbeda. Aku sudah tidak memiliki beban perasaan tertentu kepadanya. Bahkan, dia sempat nebeng di kendaraanku untuk suatu acara. Ya, aku mendapat kesempatan memiliki dan bisa mengendarai mobil pribadi. Bersyukur aku sudah bisa melupakan dendamku kepada keluarga terutama ibunya. Perasaanku sudah netral. Dan ini sangat melegakanku.

Mas Yustinus  mengajakku makan siang di sebuah rumah makan dan di sana dia menceritakan kondisinya saat awal-awal saya meninggalkannya. Ternyata dia sempat stress dan tetap menyimpan cintanya. Aha ha ha.. dalam hati aku pun mengatakan perasaanku juga demikian, namun aku tak boleh mengatakannya. Biarlah kusimpan sendiri rasa itu sampai akhirnya Tuhan mengabulkan doaku, "Jika Tuhan memang tidak menjodohkanku dengannya, biarlah Tuhan yang menghapuskan rasa cintaku padanya!"  

***

Hari ini manakala aku merayakan ulang tahun pernikahanku, aku taklagi mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Biarlah sejarah ini kupahat sendiri di hatiku yang paling dalam. Cinta itu tak harus berjodoh, dan jodoh itu tak harus berawal dari cinta. Bukankah pepatah Jawa pun mengatakan, witing tresna jalaran saka kulina.  Artinya, permulaan cinta itu berawal dari kebiasaan. Cinta akan muncul saat kita terbiasa dengan pasangan meski semula tidak dicintai.

 Masih kuingat kata-katanya saat pertemuan terakhir, "Dik, first love never die! Kamu tahu itu, kan? Tolong izinkan aku untuk bisa melihatmu selalu tersenyum! Maafkan aku yang tidak bisa menjaga cinta kita!"

Aku hanya tersenyum sambil mengangguk saat menyendokkan nasi terakhir untuknya.  

Dia menolak halus,  "Aku tidak bisa nasi lagi, bungkus saja buatmu. Makanlah di rumah nanti sambil mengingat dan memaafkanku!"

Saat itu dia mengendarai sepeda motor yang speedometer-nya dilepas karena katanya selalu dihitung istrinya yang lumayan protektif. Saat  itu pulalah terakhir kami bertemu. Sewindu yang lalu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun