Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Passion Istimewa di Kala Purna

5 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 5 Juni 2024   10:39 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beruntung kami mempunyai asisten rumah tangga hebat, yakni saudara sepupu suami yang tidak mau meninggalkan kami. Jadi, sejak anak-anak balita hingga saat ini dia masih setia ikut kami. Tugasnya kini beralih fungsi, tidak lagi momong, tetapi menunggu rumah yang telah kami hibahkan buat si bungsu yang masih berada di Texas, Amerika Serikat.

Ya, kami berniat menyediakan fasilitas buat ketiga jagoan untuk meraih cita-cita mereka. Jangan sampai mereka kecewa karena kami tidak bisa membiayai kuliahnya. Terpujilah Tuhan, ternyata ketiganya memperoleh beasiswa, baik sejak di tingkat strata satu, dua, dan tiga. Bahkan, sulung dan bungsu menikmati perkuliahan berbeasiswa hingga sekitar sembilan tahun di mancanegara.

Ketika anak-anak masih balita, mereka tahu bahwa aku sering mengirim naskah cerita ke majalah dan koran. Mereka selalu bersorak jika naskah yang kutulis berbekal mesin ketik manual itu dimuat dengan bukti dikirimnya wesel pos bernilai nominal tertentu. Ketika kami berdua mengetik skripsi berlembar-lembar, putra sulung dan kedua pun membantu memilah menjadi masing-masing enam set. Nah, mengetahui dan mengalami langsung bagaimana orang tua sibuk bekerja, ternyata membentuk karakter dan adat serta adab positif pada perangai dan perilaku mereka.

Ketiga jagoan kami, meskipun bekerja di bidang masing-masing, basic-nya tetap sama: menjadi dosen. Sulung dan si tengah sering diundang menjadi dosen tamu di civitas akademinya sesuai latar belakang pekerjaan. Sementara, bungsu yang dokter memang berpredikat sebagai dosen.

Setelah purnatugas, aku bisa kembali ke impian awal sejak remaja: menjadi penulis. Kebetulan salah seorang teman pengajar di bimbel mengajakku ikutan kelas menulis online di salah sebuah kursus menulis online pada Oktober tahun 2020, sekaligus saat bersamaan mengajak ikut nubar di suatu penerbit. Dari kelas menulis online tersebut terbitlah nubar pertama dengan judul Carita Kulasentana. Lalu aku mengikuti penerbitan gratis dari salah satu penerbit hingga sembilan naskah terbit solo di penerbit tersebut. Namun, sayang, buku tersebut dijual cukup mahal sehingga kurang diminati masyarakat. Apa pun hasilnya, aku tetap bahagia karena buku-buku tersebut sudah ber-ISBN. Setidaknya, namaku sudah tercatat di Perpusnas.

Sejak saat itulah aku malang melintang di dunia kepenulisan. Bukan hanya di salah satu penerbit, melainkan juga merambah berbagai event yang ditawarkan penerbit lain, termasuk mengikuti lomba-lomba kepenulisan. Di sebuah penerbit tertentu, tercatat enam bahkan tujuh kali aku memperoleh hadiah sebagai PJ dengan penjualan buku terbanyak yang diadakan setiap caturwulan. Juga pernah menjadi juara kedua penulisan cerpen pada event nubar se-Asean dengan hadiah nominal cukup tinggi. Ini sekadar prestasiku di bidang literasi yang tujuan dasarnya bukan mencari uang, melainkan menyalurkan hobi saja.

Sampai detik ini, Juni 2024, berawal dari 20 Oktober 2020 silam,  buku solo yang sudah kuhasilkan  meliputi berbagai genre berjumlah 24 judul. Dua judul sedang antre ISBN di perpusnas. Sementara itu, antologi nubar (nulis bareng) berjumlah 160 judul juga terdiri atas berbagai genre. Tentu saja suatu judul tidak diperkenan terbit pada dua buku. Jadi, setiap buku pasti berisi cerita berbeda. Selain jumlah di atas, di samping masih ada dua naskah buku solo yang sedang antre ISBN, juga beberapa judul antologi masih on proses.

Ada yang bertanya, kok bisa dalam waktu tiga tahun setengah memperoleh jumlah fantastis begitu. Ya, untuk beberapa buku solo, khususnya artikel, kuambil dari file lama yang dimuat koran lokal. Sementara, sebenarnya, berdasarkan pengalaman, satu novel dengan jumkat (jumlah kata) 15.000 itu bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu saja, kok. Itu kalau kebetulan sedang sepi tugas editing. Kalau sedang sibuk, biasanya aku mencicilnya. Yang penting sudah ada mind map atau out line kasar berupa oret-oretan, kapan pun bisa dieksekusi. 

Dari mana saja sumber ide penulisan buku solo tersebut? Yang pertama-tama memang dari pengalaman pribadi. Berikutnya, pengalaman hidup dari saudara, sahabat, atau orang-orang terdekat yang kuketahui secara detail. Meskipun, tentu saja hasilnya akan kutambahkan dengan bumbu fiksi terkadang berupa imajinasi atau halusinasi. Karena itu, tidak sama persis dengan apa yang terjadi di dalam kehidupan sanak saudara yang menjadi sumber ide. Tidak jarang, ide datang dari sumber bacaan atau film yang sempat kutonton. Dari hal-hal tersebut, bisa kita ramu sedemikian rupa sesuai keinginan dan kemauan kita sang penulis. Menurutku, yang penting harus peka dalam menyikapi apa yang diperoleh dari pajanan sehingga bisa segera mengeksekusi menjadi sebuah tulisan. 

Aku masih merasakan betapa sulit membuat konflik ganda. Karena itu, aku masih terus akan belajar dan belajar, berlatih dan berlatih agar bisa meramu sebuah kisah dengan konflik lebih rumit. Ada sebuah novelet yang kuhasilkan dengan komentar dan testimoni lumayan disukai dan laku hampir seratus eksemplar. Namun, aku masih belum puas. Harus berlatih terus hingga hasilnya bagus dengan teknik showing bukan telling alias sekadar karya ecek-ecek.  Masih butuh asupan energi untuk menuju sukses. Masih berproses dan berprogres.    

Bagaimana dengan masalah dana? Ya, kebetulan aku menabung dari fee yang kuperoleh baik sebagai editor maupun PJ. Dana itulah yang kugunakan untuk biaya penerbitan buku solo. Aku juga berdoa, semoga ada di antara teman-teman yang berkenan meminang buku soloku sehingga urusan dana dimudahkan oleh-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun