Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Passion Istimewa di Kala Purna

5 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 5 Juni 2024   10:39 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Memasuki masa perkuliahan, aku pun nyatanya mengambil jurusan dan perguruan tinggi yang sama dengan kedua sepupuku. Napak tilas! Demikian juga saat lulus kuliah, aku juga diizinkan-Nya mengajar jenjang SPG meskipun sekolah berstatus swasta.

Ya, aku diangkat sebagai guru PNS dpk. alias diperbantukan di sekolah swasta. Namun, sepuluh tahun menjelang purnatugas, aku dimutasi ke sekolah negeri. Tak apalah, di mana pun ditempatkan, tetap enjoy dan berusaha menjadi yang terbaik versi diriku. Karena itu, menjadi guru favorit di antara sekian siswa, sudah biasa kuraih sebab aku menggunakan metode mapping dengan kapur berwarna-warni atau spidol empat warna yang tidak pernah dilakukan guru lain. Di samping kuajak siswa dalam proyek menulis yang ternyata disukai dan dikenang dengan manis oleh anak-anak.

Sebenarnya, untuk biaya kuliah, kakek dan nenek tidak sanggup menanggungnya. Namun, aku bersikeras dengan berdalih pasti akan mendapatkan beasiswa. Aku yakin karena memang dari segi prestasi, Tuhan memberikan kelebihan kepadaku. Mohon maaf, jujur, nilaiku selalu di atas rata-rata alias menjadi bintang kelas dengan raihan lulusan terbaik pada setiap jenjang pendidikan. Keyakinanku itu pun benar. Allah memberikan hadiah beasiswa jalur TID, Tunjangan Ikatan Dinas sejak semester pertama hingga lulus sarjana.

Tuhan memberikan kekurangan, tetapi juga melengkapinya dengan kelebihan. Melalui kelebihan itulah, kekurangan akan sedikit terkubur dan terkaburkan. Betapa adil dan bijaksananya Allah yang mahahebat, bukan? Pasti! Kita pasti dibekalinya dengan aneka talenta yang bisa kita gunakan untuk mengais rezeki.

Oh, iya. Aku memang ikut dan berada di bawah pengasuhan kakek nenek karena alasan klasik. Ayah dan ibu tidak bisa menikah resmi karena ayah yang anggota TNI sudah terikat pernikahan sebelumnya. Tak perlu kusebut di sini alasan mereka karena yang ingin kuangkat secara fokus adalah bagaimana perjalananku menjadi penulis.

Tiada hari tanpa membaca, khususnya membaca novel. Itulah hari-hariku. Membaca bagiku seolah membuang kejenuhan melakukan rutinitas. Me time yang aduhai, apalagi berada di tempat nyaman yang sunyi tanpa gangguan siapa pun. Keluar dari zona hectic dengan berbagai jenis effort-nya sebagai sego jangan (habit) kesibukan keseharian.

Ada Burung-burung Manyar karya Romo Mangun yang menginspirasiku untuk melanjutkan kuliah meski usia sudah kepala empat. Ada Saman karya Ayu Utami yang sempat kami diskusikan saat di perkuliahan pascasarjana. Jalan Bandungan novel N.H. Dini juga yang sangat kusukai. Beberapa halaman buku milik perpustakaan tersebut sempat kutandai karena terpesona dengan pemaparan cerita yang disampaikan. Rusti Panti karya Dwianto Setyawan pun sempat mengharu biru hati. Apalagi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Aku sampai memiliki dua buku saking cintanya. Karmila karya Marga T yang berprofesi sebagai dokter pun sempat kubaca beberapa kali. Tentulah tak terhitung banyaknya novel yang telah sempat kunikmati.

Ketika menginjak semester dua, salah seorang dosen mengetahui kalau aku lulusan SPG dengan prestasi lumayan. Beliau memintaku untuk membantu mengajar di salah sebuah SMP swasta. Jadilah aku menyambil. Kuliah sambil bekerja. Lumayan juga, bisa sedikit membantu membeli lauk pauk.

Ternyata jodohku datang lebih cepat. Aku  harus menikah saat belum lulus, masih semester kelima. Akan tetapi, tak mengapa. Semua sudah diatur sedemikian rupa oleh-Nya. Lulus sarjana S-1 aku sudah memiliki dua balita dan langsung diterima bekerja di salah satu SPG swasta hingga diangkat menjadi PNS.

Kulihat ketiga jagoan kami memiliki kecerdasan luar biasa. Aku berjanji untuk mencari dana dengan giat buat mereka dengan bekerja keras. Aku  dan suami pun mengajar di beberapa tempat, termasuk memberi les privat dan menerima pengetikan skripsi secara manual. Bahkan, aku menulis cerita anak, naskah pendek untuk majalah, dan membuat artikel lepas di beberapa koran lokal.

Masih juga melakukan pembuatan dan pembacaan puisi untuk teman-teman yang sedang berulang tahun, dan pernah juga mencoba menjadi MC di beberapa acara. Namun, kesibukan yang utama adalah mengajar. Aku juga berprofesi sebagai dosen terbang. Istilah untuk menyebut dosen dengan jarak tempuh perjalanan panjang karena aku pun menyambil di perguruan tinggi swasta filial, jarak jauh. Jadi, sepulang mengajar sebagai PNS sekitar pukul 13.00-an berlanjut segera meluncur ke daerah-daerah untuk mengajar di perguruan tinggi sesuai jadwal. Bisa dibayangkan betapa effort-nya, kan?  Belum memiliki kendaraan pribadi, masih menggunakan angkutan umum!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun