Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Penyelamatan Pigy

4 Juni 2024   22:59 Diperbarui: 5 Juni 2024   03:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oh, semoga cepat sembuh, ya! Di sini banyak teman kita. Di lahan belakang ada beberapa jenis hewan. Sayang, kakimu belum sembuh. Nanti jika sudah sembuh akan aku ajak berkenalan dengan teman-teman yang lain!"

Pigy yang semula trauma dan ketakutan hebat, kini mulai bisa membawa diri. Ia juga mau makan atas dorongan si anjing baik hati. 

***  

Beberapa bulan kemudian. Pigy bersenda gurau dengan hewan lain di lahan luas tepat di belakang rumah. Ada kuda poni yang lucu, kelinci, beberapa ayam hias, kalkun, dan rusa.

Bingo menceritakan kepada Pigy, "Seandainya kamu tidak terjatuh, mungkin saat ini kamu sudah menjadi babi guling, Kawan!"

"Apa itu?" tanya Pigy tampak bego.

"Babi guling itu makanan yang sangat disukai manusia. Babi seperti dirimu ini dibunuh, ditusuk, dimasak dengan cara diputar-putar dengan mesin. Tentu saja dibumbui terlebih dahulu! Makanya, kalau kamu tidak terjatuh, pasti harus siap mengalami nasib buruk! Dibunuh atau disembelih dijadikan santapan lezat manusia!"

"Oh, benarkah?" mata Pigy membelalak.

"Iya. Aku pernah mendengar Tuan Majikan suami istri menceritakan begitu!"

"Ya, Tuhan! Jadi, kalau begitu .... Meskipun tampak kesakitan saat itu, ternyata dengan terjatuh mengubah nasibku sehingga selamat. Begitukah?" mata hewan berwarna pink itu nanar menerawang.

"Iya, benar sekali! Tampaknya seolah-olah kamu mengalami musibah. Terjatuh dari truk dan tertinggal dari saudara-saudaramu. Akan tetapi, justru itu adalah cara Tuhan untuk menyelamatkanmu!" sahut Bingo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun