Cumplung
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
"Ayo ... ayo! Kita cari galah! Ada cumplung!" seru Parli sambil menunjuk-nunjuk sebuah lubang berdiameter kisaran satu meter di area pemakaman.
Parli anggota geng paling berpengaruh karena penampilannya lumayan berwibawa dibanding anak-anak lain. Dialah yang sering berinisiatif melaksanakan aktivitas meskipun tanpa dipikir dan direncanakan sebelumnya.
Bagi kami yang penting sepulang sekolah, selesai pelajaran tambahan, apalagi liburan bisa bermain ke mana-mana. Berpetualang menghabiskan waktu, tetapi harus bermanfaat. Jadi, selain have fun and happy juga sebisanya menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Misalnya, mencari ikan atau sejenisnya sebagai bahan lauk-pauk. Pulang tidak dengan tangan hampa hingga berpotensi dimarahi orang tua.
Kalau hari Minggu, kami memang khusus menghabiskan waktu untuk bermain dan berpetualang. Refreshing and healing. Setelah  seminggu menggunakan waktu berfokus belajar bersama di kelas, kami memanfaatkan kesempatan bereksplorasi di tengah alam semesta. Belajar juga, 'kan?
Hari itu sebenarnya kami hendak mencari mahkota bunga kamboja genap. Biasanya, mahkota bunga kamboja selalu lima. Ganjil. Jika beroleh genap, suatu kebanggaan tersendiri. Selain itu, kami juga berencana mengoleksi sejumlah daun, termasuk daun kamboja,  hendak digunakan untuk tugas pembuatan herbarium. Jadi, sekalian bermain dan belajar. Karena itu kami janjian sekitar sepuluh anak mencari bahan  herbarium di area makam desa.
"Waahhh! Ada cumplung, ya!" sorak yang lain gembira sambil ikut-ikutan melongok ke arah lubang sumur.
Tanpa dikomando, anak-anak lain pun segera mendekat mengelilingi sumuran.
"Nanti bisa buat geretan! Mainnya gantian, ya!" seru Parli menggema.
Masing-masing segera mencari-cari alat berupa galah, tongkat, atau kayu yang bisa dipakai untuk mengambil batok kelapa di sumuran itu. Â Yang sudah beroleh galah atau kayu segera berusaha mengambil. Beramai-ramai dengan asyik.