"Minggirrr ... pergi kau dari siniii!" Â usir Bunglon. Padahal Klara baru saja hinggap di dekatnya. Klara kaget dan terbang menyingkir menjauhi Bunglon.
Akan tetapi, Klari yang tidak mendengar usiran Bunglon terlanjur mengejar Klara dan berencana hinggap juga di situ. Karena kaget juga, Klari salah hinggap. Ia bukannya hinggap di dahan dekat Bunglon, melainkan hingga tepat di badan Bunglon.
Bunglon mengamuk, "Haiii ... apa-apaan nih!" sambil mengibaskan Klari dari punggungnya. Klari yang terkejut akhirnya terjatuh ke tanah tanpa bisa mengendalikan dirinya. Â Untunglah Klari dapat hinggap dengan selamat. Lalu Klari pun merayap menaiki pohon kembali. Dia mencari tempat aman. Sementara Klara entah ke mana. Klari tidak tahu.
Seekor tokek yang melihat Klari terjerembab ke tanah merasa iba. Lalu katanya, "Yang sabar ya Klari ... sebentar lagi pasti Klara akan muncul mencarimu!"
Klari berterima kasih kepada tokek yang menasihatinya, "Terima kasih, Pak Tokek!"sambil dikibaskannya saputangan birunya.
"Wah, ... indah sekali saputangan birumu, Klari!" puji Tokek.
Dengan pongah Bunglon menepuk dadanya, "Nah, itulah kalau kamu menggangguku! Untung tidak kusumpahi mampus kau!" teriaknya kepada Klari yang masih merayap di bagian bawah pohon trembesi itu.
"Hai, Bunglon! Berhati-hatilah kau! Ucapanmu itu bisa menimpa dirimu sendiri, loh!" suara kecil seekor kupu-kupu mengagetkannya.
"Hah ... apa pedulimu? Bukan urusanmu! Jangan campuri urusanku!" Â hardik Bunglon lantang.
"Setiap sumpah serapah yang terucap kepada yang lain, itu akan mengenai diri sendiri loh, Kawan!" Â ucap Kupu-kupu dengan manisnya sambil bermanuver di atas kepala Bunglon.
"Hahhh ... berani menantangku, ya!" sembur Bunglon.