Kami berdua tertawa bersama. Setelah mencari beberapa rimpang lengkuas kami pulang. Mbak Ros segera mencuci dan memarut lengkuas tersebut. Setelah itu menyerahkannya kepada Mama untuk dilumurkan ke punggung Kak Reno.
"Ma, Rani juga mau dibegitukan!"
"Loh ... kamu juga panuan?"
"Nggak tahu sih, Ma ... tapi biasanya 'kan kami memang begitu? Kalau Reno sakit, Rani pun ikutan sakit toh? Kemarin punggung Rani juga sangat gatal!"
"Coba Mama lihat punggungmu di kamar, ya, Nak," ajak Mama.
Ternyata Kak Rani  pun menderita gatal karena panuan.
Setelah seminggu sejak dibalur lengkuas setiap sore menjelang tidur, punggung Kak Reno dan Kak Rani pun sudah terbebas dari panu, jamur kulit yang sangat menyebalkan itu.
"Ma, bukankah Kak Reno dan Kak Rani rajin mandi dan menggunakan sabun juga, ya ... lalu mengapa mereka panuan?" tanyaku saat selesai makan malam.
"Oh, panu itu jamur kulit yang gampang menular, terlepas rajin atau tidaknya mandi. Kalau sudah kena, ya ... kena saja. Bahkan, kamu pun mungkin tertular entah dari siapa. Yang penting, sekarang kita sudah tahu obatnya. Kalau terkena panu, tinggal parut saja lengkuas ..." Mama belum selesai bicara, tiba-tiba ....
"Iya, ditambah sedikit garam!" tambah Mbak Ros yang sudah di sebelah kami.
"Oh, ditambah garam juga ya, Ros?"