Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Damar Derana (Part 21)

28 Mei 2024   02:25 Diperbarui: 28 Mei 2024   05:55 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Memang yang menjalani pernikahan siapa? Kita, 'kan?"

"Iya, sih!"

"Kita bukan anak kecil lagi, Nok. Kita tidak pernah bisa meminta hidup kita lurus-lurus saja. Jika terjadi begini begitu, baiklah kita jalani saja dengan berpasrah diri. Bukankah kamu yang meminta kepada Tuhan saat itu untuk bisa hamil? Dan akulah yang dipakai oleh Tuhan untuk menjawab permohonanmu itu. Apakah kita salah? Apakah kita bisa menentukan siapa jodoh kita, jalan nasib kita? Tidak bisa, 'kan?" ulas Pambudi sambil memijati kening Nadya dengan lembut.

Menikmati Hidup  

"Sudahlah, jangan berpikiran macam-macam. Satu saja. Kita nikmati hadiah dari Tuhan berupa janin di rahimmu ini. Bukankah sudah sekian tahun kamu menunggunya?" lanjut Pambudi pelan tapi sangat mengena.

"Cepat sembuhlah. Jika kamu sudah sembuh, kita bisa pergi ke rumah orang tua kita masing-masing. Bagaimana?"

Nadya hanya mampu mengangguk. Dia bertekad akan menikmati hidupnya bersama Pambudi dengan penuh sukacita.

Pambudi menyuapkan sup buah dengan sangat mesra. Nadya tersenyum manis sekali.

"Tahukah kau, Nok? Berdua seperti ini sudah sangat lama kuinginkan. Maka, jangan kita sia-siakan kebersamaan kita, ya. Ingat, ada buah hati kita yang saat itu kauminta dan kuaminkan! Maka, janganlah memikirkan apa pun yang memberatkan hatimu. Senangkanlah hatimu sebab Tuhan sedang mendengar dan mengabulkan permohonanmu dengan cara yang ajaib. Bayangkan, kamu yang sekian tahun menunggunya, ternyata menunggu aku pulang dari luar negeri. Benar begitu, bukan? Siapa yang menyangka kalau kita bertemu kembali dalam kondisi yang demikian? Nah, mari kita syukuri saja jalan hidup yang telah digariskan-Nya untuk kita!"

Netra Nadya berkaca-kaca mendengar penuturan jujur dari suaminya itu. Dia  meyakini semua yang dikatakan sang suami itu benar adanya. Sungguh suatu karya yang Tuhan lakukan dengan luar biasa!

Nadya pun mulai membiasakan bermanja kepada suami yang sangat sabar itu. Diletakkanlah kepalanya yang pusing di pangkuan suami. Suaminya pun memijat dengan sangat hati-hati sampai Nadya tertidur sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun