Setelah itu, Bungi Bangau pun melesat ke angkasa. Hanya isak tangis Bangbang Bangau yang terdengar memilukan.
Mendengar isak tangis dan keluh sang bangau yang sedang berduka, seekor kolibri yang melintas menaruh iba.
"Wahai, Saudaraku sesama burung! Janganlah berduka karena hati yang gembira itu adalah obat yang sangat manjur. Jadi, saranku ... ayo isi hidupmu dengan hal-hal yang menggembirakan agar menjadi obat bagi luka hatimu!" saran Koli Kolibri sambil tersenyum.
"Bagaimana aku bisa, Saudaraku?" keluh Bangbang Bangau.
"Lupakan kesedihanmu, tolonglah sesamamu, nanti secara tidak kausadari akan tumbuh bulu sayapmu. Waktu yang kamu gunakan untuk kebahagiaan sesama makhluk akan membuatmu bahagia. Jika kamu merasa bahagia, waktu yang berlalu pun tidak kaurasa. Begitu, Saudaraku!" saran Koli Kolibri sambil mengepak-ngepakkan sayapnya.
Kolibri pun mengajak bangau meninggalkan tempatnya mengeram. Ya, disebut begitu karena hampir tak pernah si bangau beranjak dari tempat itu.
Diajaknya bangau berkeliling hutan. Jika ada hewan yang menderita atau membutuhkan pertolongan, kolibri akan meminta bangau menolongnya. Mereka berdua tidak membeda-bedakan hewan. Jika bisa, mereka pasti menolong. Jika tidak bisa, mereka berdua akan mencari bantuan hewan lain sehingga kedua ekor burung berbeda itu semakin disayangi dan disegani di seantero hutan hujan tropis tempat mereka tinggal.
Hari demi hari berganti. Tidak terasa bulu sayap bangau pun telah lengkap. Kekuatannya telah pulih kembali. Namun, Bangbang Bangau sendiri sudah melupakan dan tidak memikirkan bulu sayapnya lagi. Ia benar-benar lupa karena kesibukannya tiap hari menolong semua makhluk yang memerlukan bantuannya. Sampai suatu hari ketika kolibri dan bangau berada di suatu tempat.
"Meoowww .... Meowww ...," suara teriakan anak kucing memekakkan telinga.
Kedua burung baik hati itu mendengar tangis anak kucing yang menyayat itu. Koli Kolibri segera meminta Bangbang Bangau menerbangkan anak kucing itu untuk mencari induknya. Ternyata, induk kucing sudah tewas karena dipatuk ular berbisa.
"Nah, bagaimana kalau anak kucing ini kauterbangkan ke desa tepi hutan?" usul kolibri.
"Oh, baiklah ... tunggulah di sini, aku akan melakukannya. Barangkali di sana ada manusia yang mau mengadopsi sehingga anak kucing ini selamat!" sanggup Bangbang Bangau.