Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Sang Bangau

22 Mei 2024   22:57 Diperbarui: 22 Mei 2024   23:00 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Loh ... aku memang pernah melihat Mbah Buyi Buaya itu sedang berjemur di pagi hangat, tuh. Badannya sangat besar, tetapi giginya tidak lengkap lagi. Beberapa giginya tanggal karena pertarungannya dengan Kumbi si Macan Kumbang. Bahkan, kabarnya sebelah mata Mbah Buyi Buaya juga bermasalah karena kena cakar Kumbi. Ia juga jarang muncul ke permukaan, kecuali perutnya sangat lapar. Rupanya ikan-ikan di telaga itu cukup mengenyangkannya!" cerita Papai Tupai berapi-api.


"Aa-aaahhhh! Cerita picisan macam apa pula itu!" seru Bangbang Bangau sambil berlalu.


Tujuannya satu. Ingin mandi sepuasnya di telaga agar tubuhnya bersih dan segar. Ia merasa beberapa kutu telah mengusik tidur malamnya. Gigitan kutu itu bukan hanya gatal, melainkan juga terasa panas membara. Terbanglah bangau menukik tepat di tengah telaga. Sengaja ia berkecipak mempermainkan air jernih yang segar itu.


Beberapa saat ia sempat mandi, menari, dan menyanyi. Tetiba sayapnya terasa dihentak oleh sesuatu. Untunglah seekor jalak sedang melintas. Si jalak yang dipanggil Jali itu berteriak keras memperingatkan Bangbang Bangau agar segera menyingkir.


Bangbang Bangau sangat terkejut. Secara insting ia pun menyelamatkan dirinya. Namun, sayang ... beberapa bulunya patah sehingga tidak bisa terbang leluasa. Diseretnyalah tubuhnya dengan susah payah menuju tepian telaga.


Maka, sejak saat itu Bangbang Bangau tak pernah lagi bisa terbang leluasa. Ia harus menunggu hingga sayapnya kembali tumbuh sempurna. Dalam kesendirian, ia selalu menyesal mengapa tidak mengindahkan nasihat Tutu Burung Hantu. Ingin sekali ia berterima kasih dan sekaligus meminta maaf, tetapi Tutu Burung Hantu tak lagi menampakkan batang hidungnya.


Suatu pagi yang hangat, ketika Bangbang Bangau sedang menghangatkan bulu badan, datanglah kerabat jauhnya. Sesama bangau yang tinggal jauh dari tempat itu. Bungi Bangau namanya. Bungi membawa tugas dari Ibu Ratu di Kerajaan Bangau.


Bungi Bangau membawa surat edaran yang menyatakan demikian. Sesiapa  yang mau diutus mengantar bayi kepada pasangan terpilih, akan dinobatkan sebagai Bangau Duta. Pasangan tersebut syaratnya minimal sudah lima tahun menikah belum diberi keturunan.


Mendengar surat edaran yang dibacakan saudara jauhnya itu, Bangbang Bangau pun menangis sesenggukan.


"Bagaimana aku bisa menjadi Bangau Duta kalau bulu sayapku cedera, Saudaraku? Kau tahu, 'kan? Saat ini bagaimana kondisiku. Ya, bukannya aku menolak, tetapi ... aku harus menunggu sayapku lengkap, 'kan?" tangisnya iba.


"Ya, Saudaraku. Akan aku sampaikan keluh kesahmu. Izinkan aku pulang mengabarkan keadaanmu. Jika sudah sembuh, eh ... maksudku jika bulu sayapmu sudah tumbuh ... aku akan datang kepadamu lagi. Baik-baiklah selama menunggu waktu itu!" pamit Bungi memeluk mesra saudaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun