DAMAR DERANA (part 16)
"Oh, .... Agar segera tertangani, baiknya Bapak ke rumah sakit terdekat dengan taksi online saja! Nanti sesudah healing ini selesai, kami akan menjemput di rumah sakit. Tinggalkan kunci mobil, duduklah di sini dulu. Kupesan taksi online!" kata Pambudi sambil menawarkan kursi di dekatnya, "Masih kuat, 'kan Pak?"
Pak Rahman sang sopir mengangguk. Pambudi sibuk mencarikan taksi online di gawai. Sepuluh menit kemudian, taksi datang dan Pambudi mempersilakan Pak Rahman ke rumah sakit terdekat. Diberilah sejumlah uang agar Pak Rahman tidak khawatir.
Kepada sopir taksi dipesan agar berkenan membantu hingga Pak Rahman sampai di tempat dengan selamat. Setelah sampai di tujuan, Pak Rahman pun diminta memberi kabar rumah sakit yang dituju agar bisa segera dikunjungi. Dengan demikian berharap semua akan aman dan baik-baik saja.
Pukul 22.00 lebih sedikit, Pambudi dan Nadya menuju rumah sakit untuk menjemput Pak Rahman. Namun, ternyata Pak Rahman harus rawat inap karena diare berat.
Akhirnya Pambudi harus menyopiri sendiri kendaraan bersama Nadya. Hati Pambudi sebenarnya sangat senang berkesempatan berduaan dengan Nadya seperti ini. Namun, dia tidak tahu bagaimana perasaan Nadya terhadapnya.
Berita itu Sangat Menyakitkan
Sebelum sampai di rumah, dibukalah gawainya. Nadya terhenyak. Banyak sekali pemberitahuan panggilan di gawai itu baik dari Prasojo maupun dari Vivi.
Salah satu pesan Prasojo yang sempat dibaca berbunyi, "Ma, Ibuk senang sekali ketika kukabarkan bahwa cucunya sebentar lagi lahir dan aku benar-benar akan menjadi ayah. Besok Ibuk akan mengunjungi kita!" Â
Nadya semakin lemas. Pasti setelah ini posisinya benar-benar tergeser. Pasti sang mertua sangat senang dan meminta si suami memberikan cucu yang lain. Maka, makin dikuatkan hatinya untuk tidak merespons apa pun yang diceritakan dan akan dilakukan suami terhadap keluarga maupun khususnya terhadap Vivi.
Nadya mendengus dan mendesah cukup keras sehingga Pambudi menanyakan halnya.