Tiba-tiba saja dia merasa malu dan minder. Belalang diam, tetapi tetap memandangi keindahan dan kemegahan sayap Kupu-kupu. Sangat jauh berbeda antara dirinya dengan Kupu-kupu yang lincah dan indah itu.
"Hei, Sahabat! Mengapa kamu diam melamun?" tanya kupu-kupu mencairkan suasana beku.
"Hmmm, ... iya ... iyaa ... A-aku ... aaakuuu ...!" Belalang menjawab tergagap. Ia malu sekali.
"Ada masalah apa? Katakanlah! Siapa tahu aku bisa membantumu!" tutur Kupu-kupu agak merayu.
"Pergilah mencari madu dulu. Nanti jika sudah kenyang, kembalilah ke sini, Kawanku! Aku perlu nasihatmu, tetapi aku juga masih agak mengantuk. Pas kamu selesai mencari madu, kantukku pasti sudah sirna!" kata Belalang.
"Baiklah, aku pergi dulu sebentar saja. Kulihat di seberang banyak bunga liar! Tidurlah, sebentar, Â jika kenyang nanti, aku pasti kembali kemari!"
"Baiklah, hati-hati, ya!"pesan Belalang.
Selama ditinggal oleh kupu-kupu, Belalang menimbang-nimbang. Apakah perlu dia bertanya kepada Kupu-kupu. Apakah kawannya ini tidak menghinanya nanti? Hmmm... iya, tidak. Iyaa, tidakk.. galau hatinya sehingga kantuknya pun tiba-tiba sirna.
Ternyata Kupu-kupu tidak mengingkari janjinya. Belum satu jam dia sudah kembali mengunjungi Belalang. Ia berayun-ayun di pucuk tangkai bunga rumput liar, lalu sapanya manis, "Belalang, sahabat baikku. Aku sengaja datang untukmu. Ceritakanlah masalahmu, dengan senang hati aku akan membantumu!"
"Hmmm ... apakah kamu bisa menjaga rahasiaku?" tanya Belalang ragu.
"Jangan khawatir, Kawan. Aku tidak akan membongkar rahasiamu. Aku akan menjaganya seperti menjaga biji mataku!"