Namun, Prasojo tahu bahwa jika itu dilakukan akan melelahkan sang kekasih itu. Sementara kandungan sudah makin besar, ia harus membatasi diri agar sang Vivi tidak kelelahan. Prasojo pun mengalihkan perhatian dengan melakukan strategi lain. Yang penting ia jaga agar pasangan tetap mendapatkan kebahagiaan. Bercanda dan merenda masa depan dalam rencana hingga si cantik ikut berpikir bagaimana melaksanakan tugas di masa depan sehubungan dengan status baru: calon ibu!
Mereka bercanda dengan mesra hingga tawa terdengar oleh Nadya. Meskipun bagai diiris sembilu, Nadya bisa memahaminya. Ia tetap mensyukuri karena hal itu justru terjadi di rumahnya sendiri dan diketahui dengan pasti. Tidak dapat dibayangkan seandainya Prasojo berselingkuh dengan orang lain. Maka, sebisa-bisa Nadya tetap tenang menghadapi badai di dalam rumah tangga. Ia tetap menata hati, jangan sampai rahasia hatinya terungkap baik lewat tatap netra maupun lisan kata. Biarlah ia dan sang penciptanya yang mengetahui seluk beluk isi hatinya.
*** Â
"Haiii ... masakan sudah siap nih. Kalian tidak laparkah? Viii ... ayooo makan dulu. Bumil! Kasihan si baby jika kamu lapar!" Â teriak Nadya memanggil kedua kekasih yang sedang berbahagia itu.
Saat di kamar, Nadya mengemukakan kepada Prasojo bahwa ia akan mencari kontrakan rumah saja dahulu sebagai langkah cepat sambil mencari-cari rumah baru. Yang penting segera meninggalkan rumah tersebut agar kehamilan Vivi tidak diketahui siapa pun. Prasojo menyetujui. Semua berada di tangan Nadya katanya.
Seminggu kemudian mereka berhasil menemukan sebuah rumah kontrakan yang sangat cocok agak di luar kota dan hari itu pun mereka segera pindah ke rumah baru. Mereka memang berkejaran dengan waktu, sebelum perut buncit Vivi diketahui siapa pun.
Dikontraklah sebuah rumah di perumahan strategis jauh dari keriuhan kota. Suasananya sangat nyaman dan belum banyak tetangga yang tinggal di sana. Namun, untuk masalah keamanan tidak dapat diragukan lagi. Ada security yang menjaga di gerbang utama 24 jam nonstop.
Nadya membantu terselenggaranya pernikahan kedua bagi sang suami dengan Vivi meskipun hanya pernikahan siri. Pernikahan itu cukup disaksikan oleh keluarga terdekat. Orang tua Prasojo, orang tua Nadya, dan beberapa orang saksi saja. Suatu saat nanti, pernikahan mereka akan diresmikan dan didaftarkan di kantor KUA. Â Bahkan, jika seandainya diinginkan, bisa saja pernikahan mereka dipestakan.
Awalnya orang tua Prasojo sangat terkejut saat diberitahukan bahwa sebentar lagi Prasojo akan menjadi seorang ayah, tetapi bukan dari rahim Nadya. Setelah melihat langsung kondisi Vivi dengan perut membuncit, orang tuanya menyerah saja. Toh, yang diinginkan adalah cucu, bukan siapa menantunya.
Demikian juga orang tua Nadya. Melihat perut buncit Vivi, ibu Nadya menangis sesenggukan. Sungguh hal yang di luar dugaan, bahwa Nadya mengikhlaskan suaminya menikahi keponakannya itu. Bahkan, Nadyalah yang mengurus segala sesuatu.
Ibu Nadya tahu bagaimana isi hati Nadya, sakit pastinya. Karena itu sang ibu pun memberikan support agar Nadya tabah dan ikhlas. Nadya hanya mengangguk dengan netra berkaca-kaca.
Karena itu, sang ibu hanya berpesan, "Jika  tidak kuat, kamu bisa melepaskan suamimu untuk Vivi! Percayalah, Gusti ora sare!" petuah yang sangat menguatkan hati Nadya. Nadya pun mengangguk sambil memeluk ibundanya dengan mesra.