"Tapi ... sebenarnya ... baik juga sih kalau ia pacaran. Artinya ... hubungan kami selama ini akan tersamarkan oleh kehadiran sahabatnya itu. Tapi ... ah, tidak! Aku tidak mau begitu! Aku tidak rela kalau dia .... arrgggh!"
Prasojo pun beranjak dan mondar-mandir di ruang tamu yang berada tepat berhadapan dengan teras itu.
Hampir setengah jam mereka kedua sejoli mengobrol hingga sang paman pun tak tahan lagi. Dengan sengaja sang paman melemparkan asbak aluminium sehingga bersuara nyaring.
Kedua remaja itu pun kaget dan sang sahabat langsung pamit undur diri. Diantar kemenakan hingga pintu gerbang sambil bersenandung riang. Sejenak kemudian memasuki rumah melintasi ruang tamu tempat sang paman masih berpura-pura membaca koran.
Namun, Vivi melihat hal aneh. Ternyata sang paman tidak benar-benar membaca koran karena ia melihat bahwa koran itu dipegangnya terbalik.
Spontan si gadis ayu pun tertawa ceria dan menghampiri kursi tempat sang paman duduk.
"Ehm!"
Sang paman bergeming.
"Ehhh ... Papa kenapa?"
"Tau ah!" jawab sang paman sewot.
"Loh, kok marah? Vivi salah apa?" selidiknya mendekat.
"Salah apa? Pikir sendirilah!"