"Dinda, tolong. Aku sangat mencintaimu. Please, jangan salah sangka kepada suamimu ini!" ajuk sang raja menghiba.
"Nggak. Kanda mulai nggak jujur padaku. Kanda menyimpan rahasia. Berarti Kanda tidak sayang padaku. Lebih baik aku mati saja, Kanda... !" teriaknya sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangan.
"Aduh, Yayi ... belahan jiwaku. Janganlah Dinda marah begitu rupa. Sungguh. Kakanda tidak menertawakan Adinda, tetapi.. !"
"Tetapi apa.... ? Tetapi apa? Katakan, Kanda. Kalau tidak, Dinda mau mati obong besok di alun-alun saja. Sebab ternyata Kakanda tidak jujur kepada Dinda!"
Sungguh suatu dilema. Jika jujur, jika raja memberitahukan kemampuan istimewanya itu, pasti kemampuan itu akan lenyap seketika. Sebab itu telah menjadi komitmen dengan guru agungnya. Akan tetapi, jika tidak dikemukakan dengan jujur, sang istri meminta lebih baik mati. Di sinilah komitmen sang raja diuji.
Sementara itu, tangis permaisuri sudah tidak mampu lagi diredakan. Tekad sang istri bulat. Besok di alun-alun sang istri meminta mati obong. Sang istri ingin mati dengan cara membakar diri sebab sang raja suaminya dinilainya sudah tidak memiliki kejujuran lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI