"Oh, iya, ya. Betul banget Dindaku seekor. Anak memang harta kekayaan yang tiada duanya bagi pasangan yang telah menikah seperti kita!"
"Mungkin, Sang Prabu kurang mampu memesrai sang permaisuri, ya Kanda. Tidak seperti Kanda. Kanda adalah suami terhebat yang kupunya!" puji cicak betina.
Mendengar perbincangan dua ekor cicak tersebut, tiba-tiba Sang Raja terbahak-bahak mendengar olokan cicak betina yang mengatainya kurang bahagia dan kurang romantis.
Ketika sang raja tertawa, sang istri terkejut bukan kepalang. Istrinya beranggapan bahwa sang raja suaminya itu telah menertawakan dirinya. Sang istri pun marah telak.
"Kenapa Kanda menertawakan aku?" tanyanya.
"Ohh...tidak. Tidak, Dinda. Tidak!" dalihnya kebingungan.
"Mengapa tiba-tiba Kanda tertawa? Adakah yang salah padaku?"
"Tidak, istriku, Sayang. Tidak ada apa-apa!"
"Tidak mungkin. Tidak mungkin tidak ada apa-apa. Kakanda tertawa, berarti pasti ada yang ditertawakan. Pasti aku, 'kan?"
Sang raja sangat kebingungan. Rahasianya tidak boleh terbongkar. Istrinya tidak boleh mengetahui kalau dia bisa memahami bahasa hewan. Dia pun tidak boleh membocorkan rahasia itu kepada siapa pun meskipun istrinya sendiri.
"Kanda. Berarti Kanda tidak sayang lagi padaku. Lebih baik aku mati saja, Kanda!" istrinya mulai menangis sesenggukan.