Kerlap-Kerlip Lampu Ibu Kota Kita
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
"Ma, Pa, terima kasih atas semua yang Mama Papa berikan ke aku sampai aku bisa seperti ini. Terima kasih. Sekarang, Mama Papa nikmati hari ini sambil melihat pemandangan Jakarta dari ketinggian. Kami pamit mempersiapkan segala sesuatunya. Sampai besok, Mama Papa dijemput oleh Doni, ya!" kata sulung sambil mencium kedua punggung tangan kami. Kedua netranya pun berkaca-kaca. Embun bening itu mulai menitik perlahan-lahan.
"Kami berharap Mama Papa bisa istirahat supaya besok fresh saat acara!" kata calon mantu.
Tak urung air mata kami pun mengucur deras melihat sulung kami yang akan pemberkatan nikah esok hari.
"Ma, Pa ... silakan nikmati pemandangan Jakarta dari ...  lantai berapa ini, Dik?" ujar sulung sambil menoleh dan bertanya kepada calon istrinya.
"Dua puluh tujuh, Mas!" jawabnya.
Aku tidak bisa berkata-kata. Air mata kami mengucur deras. Suamiku memeluk sulung dengan erat sambil terisak-isak.
Selama ini kami memang tidak memanjakan sulung. Justru itulah jiwa kepemimpinannya sangat menonjol pada saat kedua adiknya memerlukan teladannya.
Dengan sekuat tenaga kami berdua pun memberikan kesempatan kepada ketiga putra kami, yang semuanya lelaki itu, untuk maju dan meraih cita-cita mereka masing-masing. Bersyukur ketiganya dianugerahi kecerdasan luar biasa sehingga bisa menyelesaikan pendidikannya dengan sangat baik.
Akhirnya, hari ini kami berdua diberi kesempatan menginap di salah satu hotel berbintang yang berada di bawah naungan instansi kantornya. Kami sangat terharu. Seandainya sulung tidak bekerja di ibu kota, kami pasti tidak akan bisa menikmati pemandangan ibu kota seperti ini. Kerlap-kerlip lampu ibu kota yang biasa kami lihat pada tayangan televisi itu ternyata benar-benar bisa kami nikmati!
Hari ini sulung akan menikah dengan mempersunting gadis Sunda yang dikenalnya lewat kantornya. Pilihan hatinya bukan hanya jelita, melainkan juga memiliki hati dan perangai yang patut diacungi jempol.
Aku dan suamiku berurai air mata sepeninggal mereka. Di hotel berbintang lantai kedua puluh satu itu menjadi saksi bisu betapa kami berdua bertelut di hadapan Tuhan Yang Mahaagung, yang telah memberikan kesempatan kepada putra sulung kami untuk menikmati kebahagiaannya.