Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nirankara

7 Mei 2024   17:09 Diperbarui: 8 Mei 2024   00:48 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Percayalah padaku! Banyak kawan kita yang kena tipu. Maka, kusarankan kau menabung sendiri! Kau  kerja keras di sini. Jangan sampai orang lain menikmati kucuran keringatmu!"

"Jadi, aku harus bagaimana?"

"Jangan kaukirim semua. Tabung saja sendiri. Baru kauberikan secukupnya!"

"Gitu, ya!?"

Indar mengangguk memeluk bahunya.

 

***

Tepat jam dua siang Kinan sampai di kampung halaman. Ia heran karena kondisi rumah tetap berantakan seperti lima tahun silam saat berangkat ke negeri jiran. Walaupun  sudah satu jam berada di rumah, ibunya tidak menunjukkan rasa rindu sama sekali. Ketika Kinan hendak memeluknya pun, tampak enggan dan agak cuek.

Kinan tahu diri. Pikirnya, ia akan mandi dan bebersih diri dulu. Setelah mandi, segera menemui ibu yang masih berada di dapur.

"Bu, Kinan mau tahu buku tabungan dari uang yang sudah terkirim!"

"Tabungan apaan? Tidak ada!" seru ibu sinis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun