Nirankara
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Bus yang ditumpangi melaju cukup tenang. Perjalanan panjang ditempuh sejak dua hari lalu nonstop membuatnya kelelahan. Terlebih beban mental menggelayuti pikiran.
Wajah kusut dengan rambut sedikit digulung agar tidak menghalangi bersender. Bantal leher lumayan membantu sehingga tidak bersandar ke bahu lelaki di sebelahnya.
Sejak dua hari lalu ia melakukan perjalanan dari luar negeri, pulang ke tanah air dalam rangka cuti sebulan. Cuti yang diminta setelah selama lima tahun bekerja dan hendak melanjutkan kontrak kembali sebulan yang akan datang. Ia hendak menengok ibu dan adik sekalian melihat hasil jerih payah selama bekerja di luar negeri. Namun, peristiwa pilu berhasil mendera hati dan pikiran.
Ketika sedang berada di kendaraan malam ini, ia begitu nelangsa. Berkali-kali diembuskan napas dalam dan dibuang dengan kasar. Terpeta, terngiang, dan terulang kembali kisah yang telah dilewati. Namun, tetiba ....
"I need to rest. I hope I will not disturb you," sapa pria di sebelah.
"Iya," jawab Kinan lembut hampir tak terdengar.
"May I know your name?"Â lanjut pria itu menjulurkan tangan.
"Kinanti," jawabnya masih lembut.
"Albert," sambut lelaki perkasa itu.