Aku baru pertama kali ke kota itu, belum tahu di mana tempat kuliahnya. Saat itu belum ada handphone apalagi GPS atau share lokasi. Karena itu, aku menuruti ajakannya. Turun dari bus yang kutumpangi, aku langsung mencari angkutan menuju lokasi perkuliahan.
Â
Maka saat ditanyakan, "Ibu mau ke mana?" aku jawab bahwa aku hendak mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada. Beliau ternyata sudah paham. Namun, tidak sampai lima menit aku sudah sampai di tempat sasaran. Hanya berjalan lurus saja. Seandainya sudah tahu, tanpa naik ojek pun, berjalan kaki pun sampai di tempat dalam hitungan dua menitan!
Segera seseorang datang tergopoh-gopoh menjemputku, menanyakan apakah aku salah seorang dosen. Saat kujawab, "Iya!" sambil menyiapkan ongkos untuk seseorang yang mengantarku tadi.
"Tidak usah, Bu!" Â kata seseorang yang kusangka ojek sambil tertawa. Sejujurnya aku sangat malu karena yang hendak kubayar tersebut ternyata adalah salah satu mahasiswa yang sengaja diminta menjemputku oleh Pak Dekan yang sehari sebelumnya memberi tahu bahwa aku akan datang menggantikan jadwal beliau.
Sungguh, hal itu merupakan pengalaman lucu. Namun, bisa menjadi bahan selingan saat mengajar karena mahasiswaku adalah para karyawan yang mengikuti kuliah sore sebagai tuntutan pekerjaan. Dalam kondisi sangat lelah, mereka harus berjuang untuk meraih gelar sarjana kalau tidak ingin dilindas peraturan pemerintah! Karena itu, gaya mengajar dengan diselingi canda akan sangat membantu menghilangkan kantuk dan lelah.Â
Di antara mereka ada para guru SD, SMP, dan karyawan kantor pemerintah yang lain, misalnya kantor kecamatan. Dengan mengikuti kuliah jarak jauh tersebut, mereka berharap mengantongi ijazah sarjana sehingga status kepegawaian mereka terkatrol juga. Jika rumahnya jauh dari kota tempat titik perkuliahan diadakan, di antara mereka ada yang ngekos hanya untuk tidur malam hari. Dengan demikian, di pagi buta mereka kembali ke tempat pekerjaan dengan lebih fresh.
Â
Sebenarnya, aku pun juga dalam kondisi lelah. Mulai pagi buta aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya, kemudian melaksanakan tugas sebagai salah satu guru di sekolah swasta dengan status diperbantukan. Pulang pukul 13.00 tanpa istirahat langsung mandi untuk menghilangkan bau keringat dan rasa kantuk. Makan siang secepat kilat lalu segera diantar suami ke terminal Gadang. Jika tidak diantar, hanya mengandalkan jasa angkutan umum, aku bisa terlambat. Karena itu, suami pun rela mengantarku. Setelah itu, aku naik bus arah ke salah satu kota di Malang Selatan.Â
Kali ini aku di kelas Dampit. Di sanalah aku harus mengajar, jam pertama mulai pukul 15.15 -- 16.45 lanjut jam kedua pukul 17.00 -- 18. 30. Perjalanan dengan bus sekitar satu jam, dilanjutkan angkutan kota sekitar tiga puluh menit. Sampai di rumah pastilah sekitar pukul 21.00.
Ketika harus pulang berjalan kaki dari jalan besar menuju gang rumah kami, beberapa kali aku mendengar ocehan tetangga yang menyindirku. Misalnya, "Menjadi apa coba, pulang jam segini?" Sejujurnya, mendengar kicauan merdu seperti itu hati ini menjerit juga. Namun, kujawab dalam hatiku, "Akan kutunjukkan hasil kerja kerasku ini dengan suatu saat harus pindah ke rumah yang lain!"Â