Denting Hujan di Kebun Kopi
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Hujan masih deras. Bulan Januari adalah bulan yang identik dengan bulan hujan. Kata orang, bulan Januari, yang di "keratabasa" hujan sehari-hari, disebut-sebut sebagai bulan hujan setiap hari. Karena itu, bulan hujan ini juga identik dengan bulan-bulan longsor dan banjir.
Meskipun hujan sehari-hari, karena memasuki bulan kedua masa purnatugasku, aku masih tetap enjoy. Menikmati titik-titik hujan dengan suara dentingnya yang jatuh pada atap seng merupakan sensasi tersendiri.
Biasanya, tatkala masih aktif bekerja, tidak ada waktu lagi untuk menikmati hal-hal kecil seperti ini. Yang ada hanyalah setumpuk kesibukan. Berkutat dengan tugas siswa yang harus dikoreksi dengan deadline tertentu. Membuat soal-soal, menciptakan power point untuk materi pengayaan kelas sembilan, dan se-abreg tugas yang lain. Jangankan refreshing, kadang makan pun sambil memelototi isi laptop. Maka, masa purnatugas ini, jujur, sangat membahagiakanku.
Tiba-tiba ... ggrrt ... grrrtttt ... gawaiku yang kusetel getar menyiratkan adanya panggilan.
"Ohh, dari si bungsu yang tinggal di rumah barat!" senandikaku, maka bergegas kuangkat agar tidak mengecewakannya.
"Ma, mau ikut pelayanan ke Bangelan gak? Sekalian refreshing-lah. Mumpung ada kesempatan kunjungan begini!" ajaknya berapi-api.
"Kapan?" tanyaku.
"Minggu, jam 08.00 stand by di rumah. Kujemput dengan mobil jemputan. Gak perlu bawa mobil sendiri, kok!" lanjutnya.
"Ok, siap!" jawabku.