Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Layar

3 Mei 2024   18:50 Diperbarui: 3 Mei 2024   18:54 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tersentak. Aku juga berandai-andai jika anak pertama telah lahir ke dunia, ah .... Tiba-tiba kuingat beberapa saat tadi. Ketika aku teringat pesan Tuhan. Hatiku tergerak dan dipenuhi oleh kuat kuasa roh kudus. Aku pun bertekad mewujudnyatakan dalam tindakan.

Dini hari itu segera kuambil dan kuserahkan amplop cokelat muda yang belum kutahu berapa isinya itu untuknya. Kusisipkan pada kedua telapak tangannya.

"Allah telah memintaku untuk menyerahkan rezeki ini kepada Bapak. Tolong, jangan ditolak. Semoga bisa sedikit meringankan beban Bapak!" Aku pun berencana segera menuju ruang pasien melihat kondisi istriku. Namun, aku masih tergugu melihat betapa lelaki itu melakukan sesuatu di luar dugaanku.

Lelaki itu langsung bersujud sungkur melorot dari kursi dan menjungkalkan diri di lantai. Kudengar ia masih sesenggukan sambil menggumamkan terima kasih berkali-kali. Semakin merinding bulu kudukku menyaksikan ungkapan kebahagiaannya. Lelaki yang tidak perlu kukenal, tetapi telah mengajarkan banyak hal kepadaku.

Setelah menyerahkan amplop itu, tetiba seorang perawat jaga bergegas memanggilku. Aku begitu panik. Dikatakan bahwa istriku merasakan gelombang cinta. Dibawanya istriku menuju ke ruang bersalin dengan segera. Dokter pun ditelepon. Sementara arlojiku menunjuk angka 01.30. Satu jam kemudian, dokter datang ke rumah sakit dan segera menangani istriku. Aku benar-benar berpasrah diri di ujung ruangan sambil berdoa.

Tepat pukul 03.00 kudengar tangis bayi melengking dengan nyaringnya. Tidak jadi operasi caesar, tetapi persalinan normal dengan sangat lancar. Bukankah ini pun anugerah-Nya yang luar biasa? Allah telah menunjukkan kuasa-Nya kepada kami berdua. Soli deo Gloria!

Ketika mendengar anak kami lahir, lelaki itu menyalamiku dengan hangat. Ada butiran bening meluncur dari netranya. Akhirnya kami berpelukan meskipun badan rasanya luar biasa. Jangan bertanya baunya. Seharian belum sempat mandi. Hanya mandi keringat tentulah bau asem yang ada.

"Puji Tuhan," ungkapku juga dengan linangan air mata.

Kami memberi nama putri pertama kami itu *Hanna Joanna Dini Pramitadewi* perpaduan antara namaku dan nama istri. Hanna berarti kebaikan dan rahmat, Joana karunia Tuhan, Dini karena lahir dini hari. Pramitadewi berasal dari Pramudya (namaku) dan Candradewi (nama istri). Semoga kelak putri (yang lahir dini hari) ini menjadi wanita yang diberkati oleh Tuhan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun