Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Refleksi Diri

27 April 2024   03:07 Diperbarui: 27 April 2024   03:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Refleksi Diri

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Tetaplah Tenang. Semua Ada di Bawah Kendali Allah

Suara anak kucing sejak beberapa hari lalu terdengar di malam hari sangat membuat hati pilu. Namun, tidak mungkin aku mencarinya mengingat daerah lingkungan kurang mendukung. Ular pernah meninggalkan jejak pergantian kulitnya di pintu garasi. Pernah juga beberapa kali jatuh dari pohon di sekitar rumah. Ular, salah satu hewan yang paling kutakuti sehingga membuat berpikir dua kali kalau mau bergerak di area sekitar rumah. Pinggir sungai dengan rumpun bambu rimbun! Jadi, mendengar suara itu terpaksa tidak bisa melakukan apa-apa.

Kasihan, sih, iya. Akan tetapi apa daya? Nasib si anak kucing yang entah dibuang oleh siapa dan di mana tersebut sangat tragis. Berbeda dengan si Oyen yang tidur pulas dengan manis di tempat tidur, bahkan sering berada di kakiku. Nasib makhluk yang tak dapat diprediksi manusia.

Tetiba karena tidak bisa  memejamkan mata kembali, ingin kutuangkan saja pemikiran sehubungan dengan yang terjadi hari ini ke dalam tulisan.

Pagi tadi, aku mendapat sedikit masalah. Bersyukur aku dapat mengatasinya dengan tenang, sabar, dan tidak dengan gejolak. Sungguh, sesuatu yang cukup mengherankan. Allah bekerja sedemikian rupa di dalam hidupku. Padahal, biasanya rasa sesal dan kecewa tidak dapat kuhindari. Barangkali kekecewaan dan penyesalan itu lebur dalam pemahaman bahwa segala sesuatu ada di bawah kontrol keilahian-Nya. Terpujilah Allah yang memberikan pemahaman tersebut sehingga aku bisa melalui hari dengan permasalahan tersebut secara lebih santai.

Ya, apa pun yang kita punya, yang sebenarnya milik Allah, kapan pun bisa saja diminta-Nya kembali. Keuangan, misalnya. Uang yang sepertinya milik kita, sebenarnya adalah milik Allah. Uang tersebut bisa saja habis atau hilang dengan cara yang tidak kita duga dan bahkan tidak kita suka, jika Allah menghendakinya. Karena itu, aku belajar mengikhlaskannya kalau terjadi sesuatu berhubungan dengan keuangan.

Aku akhirnya bisa mengatakan, "Bukan rezekiku, maka ia harus hilang atau habis dengan cara seperti itu!" Inilah yang sangat membantu membuatku merasa damai dan santai.

Dulu, aku berpikir terbalik. Kalau misalnya kehilangan, aku berpikir dan berandai-andai, "Kalau saja tidak hilang atau habis, pasti jumlahnya sekian sekian!"

Nah, setelah berproses dan mengalami berbagai ujian berkenaan dengan keuangan, barulah kusadari bahwa seberapa pun uang kita, tidak ada artinya karena semua hanyalah titipan. Pasti akan bisa hilang atau habis dengan berbagai cara! Jadi, ya sudah. Yang sudah terjadi biarkan saja terjadi dan berlalu. Ikhlaskan saja! Ternyata itulah kunci yang bisa kugunakan.

Ya, segala sesuatu sudah ada pada skenario Allah. Mengapa terjadi begini begitu, semua sudah ada dalam rencana Allah.

Mengapa seseorang yang sudah berpamitan hendak pulang dari pesta, lalu mengendarai mobil maticnya salah sentuh tombol sehingga mobil mundur masuk ke dalam danau? Mengapa seorang wanita turis dari RRC terjatuh ke jurang kawah saat berswafoto?  Mengapa? Jawabnya adalah karena segala sesuatu sudah ada di dalam kontrol Allah. Sudah menjadi rencana Allah. Bukankah sehelai daun jatuh pun atas izinnya?

Maka, jika aku atau kita mengalami segala sesuatu, khususnya yang secara manusia tidak menguntungkan, itu adalah cara Allah mengingatkan agar kita hanya bergantung kepada-Nya. Tetap ikhlas dan bersyukur karena segala sesuatu berada di dalam kontrol Allah semata.

Masalah memang akan selalu datang kepada kita dengan bentuk beraneka. Masalah yang sebenarnya merupakan masa-masa mendekat kepada Allah akan datang silih berganti. Akan datang pergi dan datang pergi lagi. Satu hal yang perlu diantisipasi: jangan sampai masalah tersebut merenggut damai sejahtera di dalam hati.

Awalnya, sih, bisa dimaklumi jika membuat kaget dan kecewa, bahkan mungkin tidak bisa menerima kenyataan. Akan tetapi, emosi harus tetap terkendali. Jangan sampai membludak hingga berlebihan dan memicu munculnya kondisi mental kurang bagus, kurang menguntungkan. Jangan sampai masalah tersebut membuat stres. Itu saja.

Harus kita kembalikan bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa karena semua ada di dalam kontrol Allah semata. Menyadari bahwa manusia debu adanya, akan membuat hati kembali tenang. Biarlah Allah yang mengambil alih semua kondisi kita, terutama hati dan pikiran. Dengan demikian ketenangan dan kedamaian tidak hilang terenggut oleh masalah ataupun malapetaka. Pasti Allah akan berkarya dan berkenan mengatasi masalah kita.

Malang, 27 April 2024 dini hari

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun