Suara Angsa
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Di tepi telaga di tengah hutan seekor angsa sedang mematut-matut diri. Air telaga yang jernih memantulkan bayangan sehingga ia bisa berkaca di sana. Dengan leher yang jenjang, dilongok bayangan dirinya.Â
"Oh, ... betapa cantiknya aku," katanya dalam hati. "Apalagi, bulu putihku berkilau ditimpa matahari. Rasanya tak ada yang menandingi!"
Angsa berputar-putar menikmati keindahan geraknya. Dikepak-kepakkan sayap putih mulusnya sehingga dedaunan yang berguguran di sekeliling tempat itu berhamburan.
"Ahh, ... asyik!" katanya lirih.
Byuuurr ... ia masuk ke telaga berenang dan menari-nari. Meliuk-liuk indah memesona yang melihat. Tiba-tiba didengar suara halus yang memuji tariannya di atas air. Ternyata, seekor tupai bertengger di dahan mahoni.Â
"Cantik benar, Kak. Tariannya gemulai!"
Dengan  suara parau angsa menjawab, "Terima kasih."
Ya, dahulu suara angsa parau sehingga tidak nyaman didengar!
"Sayang, suaramu bikin kepalaku pusing!" sesal tupai.
Tiba-tiba seekor beo terbang mendekati. "Hai, Angsa. Jarapah mendapat kado kalung mutiara, tapi ia tak suka memakainya. Kalung itu akan diberikan kepada yang meminta. Baiknya kau menemuinya. Siapa tahu memperoleh kalung mutiara indah itu!"
"Oh, benarkah? Baiklah, aku ke sana sekarang!"
Di tengah jalan, Angsa bertemu burung hantu yang mengabarkan bahwa dua hari lagi Macan Kumbang mengadakan pesta besar. Anaknya akan dinaikkan tahta menggantikan dirinya. Ia undang seluruh isi hutan untuk hadir di telaga. Siapa pun boleh menunjukkan talenta untuk mengisi acara.
Angsa sangat senang karena saatnya ia menunjukkan kebolehan berdansa di permukaan air.
Seekor monyet mengatakan, "Wuaahhh... Angsa yang lihai menari itu akan lebih sempurna seandainya bisa menyanyi!"
"Betul, betul sekali!" kata sapi mendengar pujian si monyet.
"Tapi sayang, yaaa ... suara Angsa parau, menyebalkan!" lanjut sapi. Kata-kata sapi ini sangat menyakitkan hati, angsa berjanji dan bertekad akan tampil memukau nantinya.
Beo usul sekali lagi, "Angsa! Suara Enthog itu bagus banget. Jernih, merdu, dan tanpa pelantang pun bisa didengar oleh seantero penjuru dan penghuni hutan!"
 "Oh, ya betul! Sebaiknya, kau pinjam suara Enthog saja. Nanti, selain menari sekalian kamu menyanyi juga. Pasti semakin indah penampilanmu!" kata Sapi.
Angsa sampai di rumah Jerapah. Ketika menyampaikan maksud kedatangannya, Jerapah sangat senang. "Pakai saja! Pasti kamu lebih cantik mengenakan kalung ini!"
Angsa  pun terlihat semakin cantik dengan asesori baru. Leher jenjangnya pas banget dengan seuntai kalung mutiara pink itu. Tetapi suara yang serak hampir tak terdengar miliknya itu memang sangat mengganggu penampilan. Karena itu, seperti usul temannya, ia akan meminjam suara Enthog sepupunya.
Sesampai di rumah Enthog, dikemukakanlah keinginannya hendak meminjam suara barang sehari saja. Ia akan tampil malam nanti untuk menari dan menyanyi. "Izinkanlah aku pinjam suaramu sehari saja. Besok setelah acara selesai, suaramu kukembalikan!" Enthog pun setuju.
Malam itu, pesta dilangsungkan dengan meriah. Angsa  menari di telaga diterangi sinar bulan purnama. Bulu sayapnya berkilau indah, suara pinjaman yang dipakainya bening sehingga nyanyiannya sangat memukau.
Puas sekali seluruh isi hutan. Sanjungan pun diperoleh dari mana-mana. Ini karena suara pinjaman itu sangat bagus. Itu sebabnya dia berpikir, jika suara itu dikembalikan, pasti semua hewan akan mencibirnya kembali. Karena itu, ia tidak mau mengembalikan suara sepupu yang dipinjamnya itu.
Ketika Enthog meminta kembali suaranya, dijawab lantang sambil berlari menyingkir, "Tidaaaaakkk..!"Â
Sejak saat itu Enthog tak bersuara lagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H