Tiba-tiba seekor beo terbang mendekati. "Hai, Angsa. Jarapah mendapat kado kalung mutiara, tapi ia tak suka memakainya. Kalung itu akan diberikan kepada yang meminta. Baiknya kau menemuinya. Siapa tahu memperoleh kalung mutiara indah itu!"
"Oh, benarkah? Baiklah, aku ke sana sekarang!"
Di tengah jalan, Angsa bertemu burung hantu yang mengabarkan bahwa dua hari lagi Macan Kumbang mengadakan pesta besar. Anaknya akan dinaikkan tahta menggantikan dirinya. Ia undang seluruh isi hutan untuk hadir di telaga. Siapa pun boleh menunjukkan talenta untuk mengisi acara.
Angsa sangat senang karena saatnya ia menunjukkan kebolehan berdansa di permukaan air.
Seekor monyet mengatakan, "Wuaahhh... Angsa yang lihai menari itu akan lebih sempurna seandainya bisa menyanyi!"
"Betul, betul sekali!" kata sapi mendengar pujian si monyet.
"Tapi sayang, yaaa ... suara Angsa parau, menyebalkan!" lanjut sapi. Kata-kata sapi ini sangat menyakitkan hati, angsa berjanji dan bertekad akan tampil memukau nantinya.
Beo usul sekali lagi, "Angsa! Suara Enthog itu bagus banget. Jernih, merdu, dan tanpa pelantang pun bisa didengar oleh seantero penjuru dan penghuni hutan!"
 "Oh, ya betul! Sebaiknya, kau pinjam suara Enthog saja. Nanti, selain menari sekalian kamu menyanyi juga. Pasti semakin indah penampilanmu!" kata Sapi.
Angsa sampai di rumah Jerapah. Ketika menyampaikan maksud kedatangannya, Jerapah sangat senang. "Pakai saja! Pasti kamu lebih cantik mengenakan kalung ini!"
Angsa  pun terlihat semakin cantik dengan asesori baru. Leher jenjangnya pas banget dengan seuntai kalung mutiara pink itu. Tetapi suara yang serak hampir tak terdengar miliknya itu memang sangat mengganggu penampilan. Karena itu, seperti usul temannya, ia akan meminjam suara Enthog sepupunya.