Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buah Potong Gerobak Dorong

9 April 2024   16:36 Diperbarui: 9 April 2024   16:40 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Buah Potong Gerobak Dorong

Oleh: Ninik Sirtupi Rahayu

            Syarat makanan sehat yang sarat gizi adalah memenuhi unsur empat sehat lima sempurna. Salah satu adalah tercukupinya buah-buahan dalam makanan yang kita asup setiap hari. Di dalam buah-buahan tersebut terkandung serat dan nutrisi hebat, yakni berbagai vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh.

             Jika kekurangan salah satu unsur itu, tubuh akan mengalami gangguan kesehatan. Contoh gampangnya jika kekurangan vitamin C, tubuh akan menderita seperti munculnya sariawan, gusi berdarah, dan sebagainya. Sumber vitamin C yang baik, yakni jeruk dan tomat. Jadi, dengan mengonsumsi buah tomat yang cukup murah ini setiap hari, tentu kebutuhan akan vitamin C tercukupi sehingga tubuh pun tidak mengalami gangguan kesehatan.

            Karena padatnya kesibukan, seringkali orang tidak sempat membeli maupun mengonsumsi buah-buahan tersebut. Tidak adanya pedagang buah yang dekat dan yang dapat dijangkau dari tempat tinggal atau tempat bekerja, minimnya dana atau daya beli rupanya cukup menjadi pemicu kurangnya asupan vitamin alami melalui konsumsi buah-buahan ini.

            Pedagang buah potong dengan gerobak dorongnya bisa menjadi solusi bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk berbelanja buah-buahan di stand atau istana buah. Selain itu, juga dapat mengatasi keminiman dana dengan tidak perlu repot membeli kiloan atau dalam jumlah pantas beli. Dengan adanya pedagang buah potong asongan yang sering kita jumpai ini memudahkan kita untuk memenuhi asupan vitamin alami.

            Namun, setelah membaca "Buah Potong Mengandung Bakteri" penulis menjadi berpikir dua kali untuk membeli buah potong pada pedagang gerobak dorong itu. Berdasarkan penelitian (di Thailand) ternyata buah potong tersebut mengandung bakteri coliform yang memicu munculnya penyakit. Pedagang pun menggunakan bahan kimia seperti cairan kimia antijamur asam salisilat, bahan pewarna, dan zat sintetis berbahaya lainnya. Para pedagang pun diimbau mengelola dagangannya dengan higienis, menggunakan sarung tangan, dan pisau stainless agar buah tidak terkontaminasi bakteri.

            Bukan sengaja men-justise para pedagang buah yang konon juga mencari rezeki lewat dagangannya. Bukan. Melainkan justru memberikan arahan bahwa jika berdagang, pedagang harus memperhatikan barang dagangannya, bukan? Pembeli adalah raja. Jangan sampai makanan yang dijual menjadi sumber malapetaka bagi konsumen yang adalah rekanan istimewa pedagang sendiri. 

           Maka, tergelitik sebuah pertanyaan: Apakah pedagang asongan buah potong gerobak dorong di Indonesia sudah diteliti? Apakah mereka sudah diberi penyuluhan bagaimana agar dagangannya tidak meracuni pembeli?  

           Biasanya pedagang jenis makanan ini bukan berasal dari kalangan ekonomi yang tergolong cukup berada. Apakah mereka pernah berpikir bahwa buah potong dagangannya yang rentan itu, baik yang tidak dikemas maupun yang dikemas dalam plastik, cukup aman dikonsumsi? Apakah mereka menyisihkan bahkan membuang barang dagangan yang sudah kedaluarsa?

           Guna mengelabui konsumen, jangan-jangan mereka pun menggunakan zat pewarna agar buah tampak segar dari luar? Pertanyaan selanjutnya, Apakah mereka membawa serbet atau lap bersih juga air bersih untuk sekadar cuci tangan sebelum dan sesudah melayani pembeli? Apakah di dalam gerobak tersebut tidak ada lalat yang berkeliaran hinggap dengan sigap di antara buah-buahan yang sudah dikupas dan dipotong-potong? Siapa yang bertanggung jawab untuk memberi penyuluhan kepada para pedagang yang mengelola makanan dan buah seperti itu?

            Membaca artikel cukup menggelitik dan menakutkan tersebut, penulis memiliki sejuta pertanyaan yang perlu disodorkan kepada khalayak, baik kepada para pedagang itu sendiri  maupun masyarakat calon pembeli yang biasanya (maaf) berada pada level  ekonomi dan pendidikan standar. Hal-hal di atas perlu dikaji ulang oleh pihak yang berwenang dicarikan solusi ciamik agar mereka menjadi kontributor andal dalam rangka meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Di sisi lain calon pembeli pun perlu berpikir masak-masak sebelum tergiur segar semangka iris di balik kaca gerobak.

             Masih wajib berlaku, "Teliti sebelum membeli, bukan?"  

             Jangan sampai ada yang dirugikan, baik dari segi pedagang maupun pembeli. Harus ada edukasi bagi pedagang, tetapi siapa yang bertanggung jawab untuk hal semacam ini?  Serius bertanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun