Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membumikan Budaya Antre

3 April 2024   23:06 Diperbarui: 3 April 2024   23:08 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan sebagaimana anak manja yang merajai jalan raya dan tidak peduli pada pengguna jalan yang lain. Jangan biarkan sopir roda empat ataupun angkutan lain yang lebih besar mengalah dan terkesan momong sang pengendara roda dua karena para sopir roda empat tersebut tidak mampu membaca kemauan pengendara roda dua berkendara. Apalagi dari berbagai laporan diketahui bahwa jumlah laka lantas terus meningkat dan didominasi oleh pengendara sepeda motor. Celakanya para korban tersebut masih berusia produktif bahkan umumnya menjadi sandaran hidup keluarga.

Kemudahan memperoleh kredit sepeda motor selayaknya diikuti dengan penyiapan pemerolehan pengetahuan berlalu lintas dari polantas. Mungkin saat memperoleh SIM C (yang juga mudah karena sebelum usia 17 tahun pun memperolehnya) para pengendara sepeda motor tersebut diberi bekal ekstra tentang kesadaran berkendara dengan lebih sabar dan santun.

Budaya antre dengan santun dan gentle pun harus dimiliki oleh para pengendara moda transportasi terbesar ini demi kenyamanan dan keamanan semua pengguna jalan raya.  Jika masing-masing pengendara mau dengan rendah hati mengalah dan tidak kesusu grusa-grusu semua arus kendaraan dapat diatasi, perjalanan nyaman dapat dinikmati, dan keselamatan yang didambakan pun dapat diraih.

Menyadari belum memasyarakatnya budaya antre secara tertib ini, perlu upaya untuk memasyarakatkannya. Budaya antre harus ditanamkan sejak dini baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas.

Penanaman pemahaman dan pengaplikasian budaya antre perlu diedukasikan sejak di rumah, misalnya pembiasaan antre menggunakan kamar mandi bagi anggota keluarga, pembudayaan makan bersama dengan mengutamakan pengambilan bahan pangan bagi yang lebih tua sementara yang lebih muda harus bersabar antre menunggu giliran, dan lain-lain.

Di sekolah pun para pendidik perlu menyosialisasikan budaya tertib antre  dengan berbaris rapi bersalaman dengan guru saat berhalalbihalal, tertib antre dalam peminjaman atau pengembalian buku perpustakaan, tertib antre dalam penggunaan toilet, dan lain-lain. Demikian juga di dalam lingkungan masyarakat.

Budaya luhur ini perlu disosialisasikan dan diimplementasikan lewat acara apa saja, misalnya arisan, pengajian, reuni, atau di setiap aktivitas kebersamaan yang lain agar rasa aman dan nyaman itu dapat dialami setiap insan. Perlu slogan atau kain rentang yang mengingatkan masyarakat akan pentingnya kesabaran dalam berantre serta berlalu lintas. Melalui kata-kata bijak di kain rentang atau spanduk itu diharapkan masyarakat semakin santun berkendara karena kita tahu betapa mahalnya sebuah nyawa.

Akhirnya, dengan penanaman adibudaya serta kehati-hatian yang prima, semoga di kemudian hari tidak lagi terjadi jumlah manusia yang bejibun berdesak-desakan maupun laka lantas di jalan raya. Semoga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun