SAJIAN Â ES Â TOMAT Â DALAM Â NAMPAN Â HIDUP Â KITA
Ninik Sirtufi RahayuÂ
Izinkan mendaur ulang artikel yang pernah tayang di salah sebuah koran lokal 14 tahun silam, sepertinya masih sangat rekevan saat ini.Â
"Es lilin ... kelapa muda ...," ini adalah sepenggal dari lagu Sunda yang terkenal itu. Artinya apa? Bahwa es lilin sebagai minuman segar sudah tak asing lagi di telinga dan lidah kita. Bahkan, di beberapa restoran terkenal ada menyajikan menu khas es tertentu yang begitu spesial. Misalnya, pada Pangsit Mie Bromo Pojok ada menu es fantastis dengan es menggunung di mangkuk yang dihiasi permen warna-warni. Sungguh  menggugah selera. Pada Resto Ringin Asri ada sajian es gandhul tali merang, dan sebagainya. Dengan sajian istimewa yang khas tersebut diharapkan para wisatawan kuliner akan termanjakan dan kembali lagi menikmati sajian lezat tersebut di tempat yang sama.
Yang tak kalah menarik adalah es tomat. Selain bernilai gizi tinggi, es tomat ini dapat menjadi semboyan dan slogan dalam pergaulan bangsa kita. Betapa tidak! Segala kebaikan 'tomat' ada di dalamnya! Dari kandungan vitamin C dosis tinggi yang berkhasiat terutama sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas dalam kesehatan, hingga manfaatnya dalam bidang kosmetik!
Selain bermakna lugas, es tomat dapat pula diartikan sebagai kiasan. Es tomat ini sangat istimewa karena merupakan 'akronim' dari beberapa kata, yakni S (salam, sapa, senyum secara sopan), to (tolong), ma (maaf), dan t (terima kasih). Ya ...  es tomat  jembatan keledai yang harus kita sajikan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air, bahkan kepada para wisatawan mancanegara yang melancong dan menyumbang devisa terhadap kas negara kita.
Bangsa Indonesia sejak dahulu terkenal sebagai bangsa yang ramah tamah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki senyum paling banyak (smilling people). Akan tetapi, keadaan yang positif tersebut semakin pudar. Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, budaya tersebut justru semakin luntur. Jika  tidak bersegera diperbaiki, bisa jadi generasi yang sekarang ini ke depan menjadi generasi yang egois, kurang ber-empati, dan cenderung bersifat/bersikap individualistis.
Taruhlan Anda sedang naik angkot (mikrolet)! Pada umumnya penumpang cuek bebek satu sama lain, tidak memperhatikan penumpang lain di kiri dan kanannya. Jika tidak sedang main sms dengan bergawai ria, dapat dipastikan mereka tidak akan mau menegur kita terlebih dahulu. Sekali lagi, mereka tidak akan menyapa kita terlebih dahulu meski kita lebih tua daripada mereka. Jangankan menyapa, menoleh dan tersenyum kepada kita pun, tidak! Seolah-olah keberadaan kita tidak diperhitungkan! Atau mereka kah yang bagai robot tanpa nyawa? Hal ini sungguh memprihatinkan.
Berbeda dengan puluhan tahun tahun silam. Jika Anda berada di daerah Blitar ke barat misalnya, penumpang yang turun dari bus pasti akan mengajak Anda dengan berbasa-basi berbahasa Jawa, "Monggo sedoyo kula aturi pinarak...." Artinya mari semua, silakan singgah.Â
Coba sekarang? "Bangkrutlah jika semua penumpang bus ikut turun dan singgah di rumah kita ....!" Begitu seloroh teman-teman jika penulis menceritakan hal ini!
Dalam rangka memperbaiki kualitas pergaulan dan tatakrama ketimuran yang menjunjung tinggi asas sopan santun, ada baiknya kita memperhatikan sajian "es tomat" yang lezat dan penuh manfaat ini! Kita manfaatkan dan menerapkan slogan akronim "es tomat" Â ini dalam pergaulan sehari-hari secara interpersonal.Â
Dengan  tetap menjunjung prinsip adat ketimuran yang seyogyanya tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, kita memberikan teladan kepada orang-orang di sekitar kita dengan berprinsip dan menerapkan prinsip "es tomat" ini. Bagaimanapun terpuruknya kondisi Indonesia dalam segi apa pun, kita tetap wajib menjunjung tinggi tradisi yang sudah mapan dan begitu indah itu!
Banyak pelayan jasa juga memanfaatkan moment penting ini manakala menjual produknya. Di antaranya SPBU Pertamina, Indomart, atau Alfamart. Petugas lapangan di dalam area tersebut pasti akan menerapkan "Empat S", yakni "salam, sapa, senyum, sopan" ini dalam melayani masyarakat.
Slogan Pertamina yang juga digembar-gemborkan via iklan di media elektronika ini dapat diadopsi di mana pun kita berada. Tengoklah betapa nyaman dan humanisnya manakala sebagai pelanggan kita disambut oleh karyawan kantor yang kita datangi. Peningkatan mutu pelayanan pada kantor-kantor seperti bank, telkom, dan beberapa instansi yang lain patut kita acungi jempol (dan dengan sabar kita tunggu instansi yang lain yang belum memanfaatkannya untuk segera meniru tindakan positif ini) . Para petugas akan menyambut customer dengan berdiri sambil bersalam, "Selamat pagi/siang .... Ada yang bisa saya bantu Bapak/Ibu?" dan seterusnya. Kita benar-benar dimanjakan bak seorang raja. Dan ... bukankah pelanggan memang seorang raja? Manusia yang layak dimanusiakan!
Tatkala kita meminta seseorang untuk membantu kita, wajib kita mulai dengan kata lembut "tolong". Misalnya, "Tolong, bisakah Anda mengambilkan saya barang/benda itu?"Â
Wah, tentu orang yang dimintai tolong pun akan merasa tidak berkeberatan. Dengan sukacita dan sukarela ia pasti akan membantu kita dengan tulus dan ikhlas. Selanjutnya, seringkali kita pelit dengan permintaan maaf. Sungguh, betapa mulianya jika kita berani mengakui kekurangan dan atau kesalahan dengan meminta maaf terlebih dahulu. Artinya, secara agamis kita pun melaksanakan fatwa Tuhan.Â
Mengakui segala kekurangan/kekhilafan/kesalahan (yang memang sangat manusiawi) yang telah kita lakukan baik secara sengaja maupun tidak kepada sesama kita tanpa menunggu hari raya ataupun moment penting tiba. Bukankah ini pun harus kita pelajari dan kita laksanakah dalam hidup sesehari? Akan tetapi, sungguh, penulis pun belum mampu mengakui kekurangan/kesalahan/kekhilafan ini.Â
Persis  seperti pepatah, "Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak". Dan salah satu kepandaian kita adalah justru membahas kekurangan orang lain atau ngrasani kejelekan orang lain! Nggosip! Itu yang justru kita lakukan sehari-hari di mana pun kita berada dan kapan pun itu! Apalagi yang bernama makhluk 'perempuan'. Hingga infotainment pun gencar membidik hobi perempuan ini dengan menampilkan tayangan-tayangan  gosip ini dengan beraneka tajuk yang tentu saja menjadi komoditas kaum wanita!
Akhirnya, kata dan ungkapan terima kasih sangatlah  wajar kita sampaikan kepada siapa pun yang telah membantu kita dalam bentuk apa pun.Â
Misalnya, menyerahkan ongkos angkot dengan kita katakan seraya tersenyum, "Terima kasih, Pak..!"Â
Waah, ... sang sopir pun akan tersanjung dan lelah atau keluhnya pun sirna mendengar ungkapan mesra kita. Kita telah memanusiakan sang sopir secara manusiawi! Bukankah jika kita perhatikan mikrolet-mikrolet akhir-akhir ini sangat sepi penumpang? Para pelanggan telah beralih ke ojek online sehingga layak kita menghargai sopir angkot tersebut. Dan, keluh kesah sang sopir pun seringkali sampai ke ubun-ubun andai kita menanyakan kondisi perolehan keuangan mereka sehari-hari.Â
Nah ...., semoga sajian es tomat ini pun bermanfaat bagi Anda. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H