Selasih mencoba mencerna filsafat sedalam samudra yang ditebarkan Emak ke dalam hatinya. Selasih tahu dia akan kesakitan oleh peristiwa pernikahan Wawan dengan Putri sahabat masa kecilnya itu. Namun, sekali lagi dia juga menempatkan diri menjadi sosok Putri. Kalau bukan Wawan, siapa yang akan mau menerima dirinya yang tunadaksa itu? Tidak banyak lelaki baik-baik yang bisa menerima kondisi Putri dengan kekurangan fisiknya itu.
Pasti orang akan berpikir, menggandeng Putri yang berjalan timpang akan mengundang pandangan negatif di mata orang-orang yang tidak menyukainya. Minder dan insecure pasti sangat menghantui, baik pada diri Putri sendiri maupun pasangannya.
Selasih tahu, Wawan lelaki baik yang bisa menerima kekurangan Putri. Selasih  pun yakin, Wawan sudah mempersiapkan diri dan hati dengan sangat matang sehingga tidak layak jika dirinya mengusik kebulatan tekad Wawan untuk meninggalkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H