Selain menggunakan strategi koping, pendekatan berbasis teori Self-Determination oleh Decy dan Ryan (1985) juga dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi burnout. Teori ini menjelaskan bahwa keseimbangan emosional dan motivasi yang optimal dapat dicapai melalui pemenuhan tiga kebutuhan dasar, yaitu:
1. Autonomi: Mahasiswa membutuhkan rasa kendali atas apa yang mereka lakukan. Ketika mereka merasa terlalu dikekang atau dipaksa untuk menjalankan tugas-tugas akademik, mereka cenderung kehilangan motivasi intrinsik dan dapat memperburuk burnout.
Contoh strategi: Mengatur jadwal belajar sendiri. Mahasiswa menyusun jadwal belajar yang sesuai dengan ritme kerja dan waktu produktivitas mereka. Misalnya, memilih untuk belajar di pagi hari karena merasa lebih fokus dibandingkan malam hari.
2. Kompetensi: Kompetensi adalah perasaan mampu dan percaya diri dalam menyelesaikan tugas atau tantangan. Rasa percaya diri ini sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk meningkatkan motivasi dalam diri mereka.
Contoh strategi: Merayakan pencapaian kecil (self reward). Misalnya, merayakan keberhasilan menyelesaikan tugas mingguan dengan cara sederhana, seperti menonton film favorit atau makan makanan kesukaan.
3. Keterhubungan: Keterhubungan adalah perasaan dekat dan diterima oleh orang lain. Mahasiswa butuh merasa didukung dan tidak sendirian dalam menghadapi tantangan akademik. Dukungan dari orang lain bisa membantu mereka merasa lebih kuat dan dihargai.
Contoh strategi: Meminta dukungan emosional dari keluarga atau teman dekat: Saat merasa stres, mahasiswa dapat berbicara dengan orang-orang terdekat untuk melepaskan emosi dan mendapatkan dorongan semangat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa burnout akademik adalah kondisi emosional yang dialami mahasiswa akibat tekanan akademik yang berlebihan, kurangnya minat terhadap tugas, dan perasaan tidak mampu menghadapi tuntutan studi. Kondisi ini merupakan respons terhadap stres berkepanjangan yang dapat menyebabkan kelelahan secara fisik, mental, dan emosional. Burnout tidak hanya berdampak pada performa akademik, tetapi juga pada kesejahteraan psikologis mahasiswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang efektif untuk mengatasi dan mencegah burnout dengan menerapkan strategi kopling oleh Lazarus dan Folkman (1984) dan melakukan self-determination oleh Decy dan Ryan (1985). Dengan menerapkan cara-cara tersebut, mahasiswa diharapkan dapat mengelola tekanan akademik secara lebih efektif sehingga tidak hanya meningkatkan performa akademik, tetapi juga menjaga keseimbangan hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H