Mohon tunggu...
Ninid Alfatih
Ninid Alfatih Mohon Tunggu... Guru - ibu 3 anak

just a reader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sendang Made: Jejak Pelarian Airlangga

30 Desember 2023   09:23 Diperbarui: 30 Desember 2023   09:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu secara tidak sengaja, saya menemukan arah peta yang menunjukkan situs bersejarah yaitu petilasan Damarwulan di daerah Megaluh Jombang. Pencarian saya kemudian membawa saya ke destinasi lokal lain, yakni Sendang Made. 


Petilasan Damarwulan ternyata hanya salah satu dari banyak situs bersejarah yang beserakan di wilayah Jombang Utara hingga Jombang Selatan.
Semuanya menandai adanya peradaban yang berlangsung sejak masa Hindu era Mpu Sindok (924-927M), atau bahkan sebelumnya.  


Masa pemerintahan raja Mpu Sindok yang memerintah kerajaan Medang Kamulan, tidak lama berlangsung. Hanya satu generasi saja. Dharmawangsa, menantu dan raja pengganti Mpu Sindok, diserang oleh koalisi kerajaan Sriwijaya dan raja bawahan, Wura Wari. Akibat serangan itu, Medang yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah, runtuh.

Dharmawangsa terbunuh dan keluarganya meloloskan diri, termasuk Airlangga,  menantunya.

Selama pelariannya ke wilayah Timur, Airlangga yang masih berusia 16 tahun menyamar sambil berguru di padepokan Mpu Baradha sampai berusia 18 tahun. Padepokan itu konon terletak di Sendang Made. Sendang yang berbentuk kolam pemandian itu terletak di wilayah gunung Pucangan di desa Made kecamatan Kudu Jombang. Terdiri dari tumpukan batu bata tua yang berbentuk menyerupai lingkaran kolam berisi air dan dikelilingi pohon-pohon besar seperti beringin, trembesi dll. 

Udara di sekitar Sendang Made cukup sejuk, saat hari sedang panas-panasnya. Beberapa pengunjung nampak datang berombongan dan duduk di bangunan tangga berbentuk joglo. Di sana mereka duduk istirahat menikmati makanan dan minuman yang dibawa dari rumah. Ada beberapa penjual di situ, tapi tidak banyak. Diam-diam saya bersyukur. Sebab,  jika banyak penjual dan pembeli di area situs yang belum tertata itu, pasti sedikit banyak akan memengaruhi kecagaran peninggalan langka tersebut. 

Anehnya,  tidak satupun pengunjung yang tertarik untuk melihat situs kuno tersebut. Kebanyakan hanya numpang foto dan melihat sendang saja. Jika diingat usia petilasan ini sudah lebih 1000 tahun tanpa perawatan berarti, benak saya terasa berdenyar dan muncul kekhawatiran akan rusaknya situs. Memang tidak ada prasasti atau benda penanda sejarah kecuali sendang dan beberapa patung yang kepalanya patah dan disimpan di bangunan mirip gudang. Tapi nun tak jauh dari Sendang Made, ada prasasti Gurit yang jelas-jelas menjadi jejak Airlangga. 

Beberapa informasi tentang pelarian Airlangga bisa kita temukan dalam prasasti Pucangan yang tahun 2024 rencananya mau dikembalikan ke Indonesia,  setelah beberapa lama disimpan di musium Calcutta India sejak masa penjajahan Inggris dibawah Raffles.

Konon di Sendang Made inilah Airlangga menempa diri hingga cukup kuat untuk mendirikan kerajaan baru yaitu Kahuripan. Dari tlatah ini akan muncul banyak cerita dan legenda seperti Calon Arang, munculnya kerajaan Jenggala dan Panjalu, kisah roman Panji Asmarabangun dan Chandra Kirana dll...


Ada 7 sendang kecil selain sendang Made yang terdapat di sini. Yaitu Sendang Drajat, Condong, Kamulyan, Pangilon, Gede, Pomben dan Sendang Payung. Masing-masing sendang konon merupakan petilasan para dayang dan pengawal Airlangga, yang salah satunya adalah Narottama. Sendang tersebut konon mempunyai mitos tentang  tuah sakti air sendang yang diyakini masyarakat setempat. Karena itu, di waktu tertentu ada orang-orang yang datang melakukan ritual untuk tujuan khusus. 


Pak Badri, koordinator juru kunci petilasan menuturkan, disamping sendang Made,  ada prasasti yang tersebar di sekitar gunung Pucangan. Seperti prasasti Gurit/Munggut, prasasti Grogol/Kusambyan, prasasti Tengaran dan beberapa situs yang masih dalam proses ekskavasi.
Nama Pucangan sendiri mengingatkan kita pada situs purba Sangiran, tempat Pithecantropus Erectus yang sangat terkenal ditemukan oleh Dubois, Koenigswald dll. Lapisan itu menunjukkan adanya kehidupan purba di lapisan Plestosen Tengah dan Bawah berusia kurleb 1,5 juta tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun