ah kau, lelaki pemilik mata puisi
sungguh!
entah bening apa yang membuat hatimu
hingga mengeja matamu pun menjadi candu
Ah, sudahlah...
Kembang sampai di Taman Tiga. Si Pria Misteri rupanya sudah menunggu, duduk si sebuah batu besar di pinggir kolam teratai.
”Kembang... trims ya sudah datang!”, pria itu menyambut Kembang dengan senyuman. Senyuman misteri namun meruntuhkan pertahanan.
”Ya, Mas. Lagi nggak ada kerjaan, jadi bisa ke sini.” Kembang duduk di sebelah pria itu.
Harum... Kembang suka pria yang harum.
”Ada apa nih, Mas? Kaya’nya serius amat?”
”Ini, lagi bingung nih... Bisa bantu milih nggak?”
”Milih apaan Mas?” Kembang bingung.
Pria misteri mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tasnya. Beberapa lembar foto tepatnya. Direntangnya foto-foto itu di rerumputan.
”Pilihkan dong..... Mana yang paling baik?” kata pria itu.
Deg!
Kembang hampir kehilangan nafas. Beberapa foto gadis Rangkat terhampar di hadapannya. Hah? Apa maksudnya? Oh,....Apakah aku diminta memilihkan jodoh untuknya?
Aduh.... kenapa pria-pria yang kutaksir selalu memilih gadis lain? Aaaaarrrgghh...
Kembang berusaha mengatur nafasnya, khawatir Pria Misteri membaca gelagatnya.
”Wah, semuanya oke, Mas.” Kembang tiba-tiba merasa pusing.
Bayangan bekerlip-kerlip mengelilinginya... tapi bukan bintang-bintang... bukan pula burung-burung... Bayangan origami berwarna-warni berputar-putar... Origami... ya Origami... Membuat Kembang semakin pusing.
[caption id="attachment_87314" align="aligncenter" width="183" caption="google"]
Brukkk....
Kembang pingsan.
Catatan: sudah dua episode cinta rangkat Kembang pingsan, bukan karena penyakitan, maklum, Janda Kembang, fresh graduated, eh fresh divorced. Trauma cinta, takut gagal, hehehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H