Mohon tunggu...
Ningwang Kembang
Ningwang Kembang Mohon Tunggu... -

Luv 2 read\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Misteri (ECR#82)

27 Januari 2011   07:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:08 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sugesti atau apa namanya, tapi Kembang benar-benar merasa bahwa ramalan trio genit (di sini) benar adanya.

Misteri cinta, lelaki misteri.

Bayangan pria pemilik suara bariton itu mengganggunya. Mengganggu karena selalu hadir dalam lamunan. Mengganggu karena pria itu begitu penuh misteri.

Perhatian-perhatian dari pria itu bagai misteri, serius ataukah bercanda? Kembang tidak bisa menduganya. Tapi Kembang menikmatinya.

Hari ini Kembang mengunjungi si Pria Misteri. Sengaja karena tempo hari di Taman tujuh (ecr78) pria itu memintanya datang untuk membicarakan sesuatu. Mmmm, sesuatu? Tak biasanya pria itu menyebut hal-hal secara tidak spesifik seperti itu. Misteri....

Satu lagi misteri dari pria itu. Ketika beberapa warga tengah berdesak-desakan dalam diskusi di chatroom DR, seringkali hanya ”hahahaha” yang dilontarkannya. Tidak jelas, setuju atau tidak, serius atau bercanda. Bahkan kadang saat yang lain mengira si Pria Misteri tengah serius, ujung-ujungnya ”hahaha” mengekor dibelakangnya. Mungkinkah memang serius tapi tertawa supaya dianggap bercanda? Atau memang dia tengah bercanda?

[caption id="attachment_87313" align="aligncenter" width="219" caption="google"][/caption]

aku lupa kapan tepatnya muara itu sama kita tuju

katamu, kita kenal semenjak aku tak tahu tentang perkenalan

dan pertemuan nanti adalah sua rindu yang terulang

kau tak untuk dimengerti, karna aku tak akan pernah mengertimu

aku hanya ingin berjalan di sampingmu, sesekali mencubit nadimu

lalu darahmu menyembur kasih untukku

aku menulis untukmu, serupa puisi yang kubaca pagi tadi

tentang permata di matamu

ada kesunyian yang tereja di sana

sunyi yang damai.

laiknya telaga di kaki bukit

teduh nian sinar itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun