Pembahasan tentang perjodohan memang selalu asyik untuk dibicarakan, terlebih lagi untuk kamu yang hendak melangkah menuju jenjang pernikahan. Di mana hal tersebut merupakan gerbang menuju kehidupan yang teramat kompleks.
Yah, kehidupan dalam pernikahan memang amatlah kompleks. Bukan hanya menyatukan antara dua pribadi yang sebelumnya haram menjadi halal saja, namun jauh dari sekadar itu.
Kehidupan dalam pernikahan akan jauh berbeda dari keinginan untuk sekedar membersamai pasanganmu, saling berkasih sayang, bahkan dengan harapan untuk menyempurnakan agama atau beribadah. Bukan hanya menyatukan dua insan, namun juga dua keluarga dan pandangan yang berbeda pula.Â
Ketika kamu telah memutuskan untuk menikah artinya kamu telah siap menjalani pahit manisnya kehidupan rumah tangga. Ketika kamu salah dalam memilih pasangan, maka pernikahan akan menjadi neraka bagimu, pun sebaliknya akan menjadi surga dunia bagimu ketika membersamai pasangan yang tepat.Â
Lantas pasangan seperti apa yang akan bisa membahagiakanmu? Â Apakah dia orang yang kamu cintai yang akan membuatmu bahagia?
Bisa jadi iya, bisa pula tidak.Â
Dalam pernikahan tidak cukup hanya mengandalkan cinta semata, karena setelah menikah akan berhadapan dengan berbagai problematika hidup. Mulai dari menyesuaian diri dengan karakter pasanganmu, problem keluarga barumu, lingkungan barumu, bahkan masalah ekonomi yang sering kali menjadi pematik perpisahan.
Untuk itu perlu berbagai pertimbangan sebelum memutuskan dengan siapa kamu akan membina rumah tangga.Â
Berbagai pertimbangan tentu telah kamu buat sebelum memutuskan menikah. Mulai dari filosofi Jawa terkait bibit, bebet, dan bobot, sampai dengan pertimbangan agama mengenai pemilihan pasangan nantinya.Â
Dalam pandangan agama, bagi para perempuan dianjurkan untuk mempertimbangkan agama dan akhlak/karakter calon suaminya, bukan hanya pertimbangan keduniawuan saja.
Kenapa demikian?
Karena suamilah yang nantinya akan mendampingi hidupmu, ketika dia tidak memiliki pemahaman agama dan akhlaq yang baik, maka dia tidak akan memperlakukanmu dengan baik dan tidak akan berupaya dengan baik untuk menyelesaikan setiap persoalan yang datang nantinya.
Begitu pula dengan laki-laki pun dianjurkan untuk memilih calon istri dengan beberapa pertimbangan seperti karena keturunannya, karena hartanya, karena kecantikannya, dan karena agamanya.
Pertimbangan ini pun selanjutnya dianjurkan agar mempertimbangkan agama, karena dia yang hendak kamu nikahi nantinyalah yang akan mendampingi dan menjadi ibu dari anak-anakmu.Â
Tidak jauh berbeda dengan pertimbangan agama, dalam filosofi jawa pertimbangan dalam menentukan pasangan juga dijelaskan rinci. Mulai dari memilih bibit atau mengetahui asal usul jelas keluarganya, bisa juga dengan mengetahui yang mengasuhnya karena nantinya akan berpengaruh terhadap pribadi pasanganmu.
Kemudian pertimbangan bebet atau lebih dipahami dengan kemampuan finansial/ekonominya yang dirasa akan mampu menafkahi kehidupan setelah menikah, dan terakhir terkait bobot atau kualitas dari pasanganmu nantinya. Entah itu dari pendidikannya, perilakunya, bahkan agamanya karena dialah yang akan membersamai kehidupanmu.Â
Hmmmm.. wajar yah ketika kamu dianggap pemilih. Karena hidup memang butuh pilihan. Tapi perlu dipahamkan lagi bahwa manusia tidak ada yang sempurna.Â
Sesempurna apapun pilihan itu di matamu tentu dia tetap memiliki kekurangan, dan itulah yang menjadi tugasmu kedepannya untuk saling melengkapi.Â
So, santai saja ketika kamu dianggap pemilih, karena hidup terlalu singkat untuk memberi ruang bagi penyesalan, maka dari itu tentukan pilihan yang tepat agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.Â
Malang, 30 Januari 2020
Oleh: Dinar Setyaningrum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H