Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh!
Halo pecinta dunia literasi, maaf seribu kali maaf karena baru muncul lagi #gamasalahjugasih haha
Jadi, demi membayar ke-tidak-update-an saya, hari ini saya akan memposting tulisan yang insyaAllah (SANGAT) bermanfaat dan tentunya menjadi tauladan bagi kita semua, khususnya umat muslim. Yuk ikutin terus tulisan ini :)
Yap, sama seperti judulnya, tulisan ini saya dedikasikan sebagai bentuk rasa syukur saya karena masih dikasih umur sama Allah supaya bisa 'stalking' dan 'finds out' tentang keseharian Rasulullah SAW.
Adapun saya berterima kasih kepada guru yang membagikan ilmu ini yaitu Ust. Ahmad Mukali Arafat, S.Si, biasa di sapa Ust. Arafat. Juga tak lupa kepada Mbak Lela yang selalu rutin kirim materi via whatsapp. Jazakumullah khairan insyaAllah Allah selalu lingkupi dengan keberkahan dan kemudahan hidup dunia akhirat, aamin Ya Allah aamin.
Rencananya saya akan bagi postingan ini jadi beberapa bagian, so, please, supportnya dari kawan-kawan pecinta literasi yaa, hehe thank you.
Pukul 00.00
Kalau sekarang, apa yang kalian (dan saya) lakukan pada pukul 00.00 atau 12.00 atau tepat tengah malam. Nonton drama? Baca buku (enggak lah ya?! atau mungkin iya?)?, main games (bisa jadi)? Atau masih terlelap dalam mimpi sedang menikmati nasi padang di tengah teriknya matahari ditemani es jeruk panas (loh??).
Iya betul! sebagian besar sepertinya jatuh pada opsi terakhir yaitu tidur menanti subuh. Ditambah lagi saat pandemi seperti ini, PSBB terus PPKM pula, astaghfirullah. Jujur saya gak bermaksud mendiskreditkan siapa-siapa, karena saya pun juga tidur. Tapi kembali lagi, sosok Rasulullah SAW, idola kaum muslim, ternyata melakukan kegiatan lain.
    Tahajud!! Anda Benar!
Mungkin sebagian pembaca sudah tahu akan hal ini. Tapi bagi teman-teman, termasuk saya, yang masih awam dan miskin ilmu, tampaknya terkesima ketika tahu tentang kebiasaan Nabi SAW yang satu ini. Kebiasaan ini bahkan kata sebagian ulama, merupakan hobi atau hal yang tak pernah Rasulullah SAW lewatkan, loh.
Berhubung zaman dulu juga belum ada gadget, jadi kita bisa bayangin, betapa syahdunya sholatnya Rasul kita yang mulia ini. Di tengah malam yang sunyi, dibalut cahaya rembulan yang menyusup di antara celah jendela, nampak wajah bercahaya Rasulullah yang sedang bercengkerama dengan Rabb-nya.
Beliau, Nabi Muhammad SAW, bersujud dengan khusyuk dan dalam sekali. Dalam kajian Ust. Arafat, beliau menyisipkan kalau sujudnya Rasulullah itu sama panjangnya seperti rukuknya. Begitu pun rukuknya yang sama panjangnya seperti saat berdiri. MasyaAllah, Allahumma Sholi wa Salim wa Barik alim.
Nabi SAW sangat tekun saat melaksanakan sholat malam ini. Dalam sebuah hadits, salah satu ummul mukminin, Aisyah ra, kurang lebih pernah bertanya begini pada Rasulullah SAW.Â
"Ya Rasulullah, mengapa engkau sholat (se-lama itu) seperti itu." Tanya sayiddatul Aisyah ra. "Padahal dosa engkau, baik yang lampau maupun yang akan datang, sudah diampuni oleh Allah SWT. Allah bahkan sudah menjamin surga bagimu Ya Rasulullah."
Rasulullah tersenyum dan menjawab, "Wahai Aisyah, apa tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur?"Â
Dari hadits ini ada hikmah luar biasa yang dapat kita simpulkan. Apa? Ada yang tahu? Hehehe... Jadi Nabi kita ini, Muhammad SAW memposisikan dirinya bukan hanya sebagai hamba yang memohon, melainkan sebagai hamba yang bersyukur. Karena menurut asumsi Aisyah ra, orang yang dalam posisi memohon, pasti gencar meminta ampunan pada Allah SWT.Â
Contohnya kita, saat kita meminta uang jajan sama orang tua, kita akan berada di posisi pemohon, betul apa betul sekali? Saya gak membahas teman-teman yang udah bisa nyari uang sendiri ya, hehe. Nanti jadi melebar ga karuan. Tapi fokus utama kita adalah penggambaran dari asumsi yang mau Rasulullah SAW bangun sebagai posisi beliau saat itu.Â
Dan kalau kita telaah lebih dalam nih, Orang Yang Bersyukur, itu Lebih Diatas daripada Orang Yang Memohon.
Buktinya apa? Saya ambil contoh, pengalaman saya aja deh, biar ga ada salah paham. Alhamdulillah saya pernah ada di posisi gaji bulanan saya di bawah dari 2 juta hingga gaji saya 5 juta per bulan.Â
Saat saya punya gaji 2 juta, saya itu merasa bersyukur banget punya uang segitu. Dan posisinya itu pekerjaan pertama saya setelah lulus kuliah. Alhasil, kebutuhan bulanan alhamdulillah terpenuhi (dipenuhi sama Allah). Tapi saya merasa ada beda saat gaji saya justru di atas UMR. Entah selalu aja ada yang kurang.
Alhasil, disini, saya bisa tarik benang merah dari pengalaman saya dan dari positioning yang Rasulullah SAW ajarkan, bahwa ketika kita bersyukur, maka Allah SWT akan lebih menambah berkah pada rezeki kita.Â
Rezeki disini banyak contoh ya, bisa kesehatan, iman, uang dan lain sebagainya. Jadi, PLEASE teman-teman, stop bilang rezeki itu hanya terdiri dari uang. Uang hanya satu dari sekian banyak bentuk rezeki.
      Oh, jadi kita ga harus memohon dong, tapi bersyukur aja?
Nah, muncullah asumsi ini. Teman-teman, tadi konteks yang saya tulis tentang posisi Rasulullah SAW yang sudah dijamin surganya sama Allah.Â
Sementara kita? Manusia-manusia biasa yang penuh dosa, dan posisi kita di surga aja kita belum tahu, masa iya kita nekad untuk menyamain posisi kita sama Rasulullah SAW. Ya pasti jauhlaah meeen ...Â
Posisi sebagai hamba yang bersyukur, patut bahkan harus kita terapkan di kehidupan kita. Terlebih lagi sudah Rasulullah SAW contohkan. Tetapi, posisi kita sebagai hamba yang memohon itu juga gak mungkin bisa lepas dari sosok kita sebagai manusia biasa yang terdiri dari unsur-unsur mineral ini.
Kita, yang tak pernah luput dari dosa, justru sangat amat, very, kudu, must, harus banget memohon kepada Allah SWT. Posisi kita sebagai hamba yang memohon justru menguatkan posisi kita sebagai hamba Allah SWT. Hamba yang selalu dan akan selalu butuh pertolongan dan bimbingan Allah SWT.
Jadi, kalau kita gak mau salah paham tentang suatu hal, ada baiknya, kita pun juga harus memasukkan akal pikiran kita terkait bahasan apapun.Â
Rasulullah SAW kan juga ngajarin kita supaya kita memakai logika dalam beragama. Coba deh teman-teman cari sumber tentang tauladan kita Rasulullah SAW saat menggunakan logika berpikirnya dalam menyelesaikan masalah. InsyaAllah ketemu dan banyak sumbernya Â
Okay, sepertinya part kali ini cukup sekian dulu. Ternyata sudah banyak yaa kata-kata yang sudah lama tak saya ungkapkan di sini, hehe. Maaf juga kalau ada kekurangan dan kesalahan, karena semua kesalahan dan kekeliruan emang bersumber dari saya, adapun kebenaran hanya dari Allah SWT, begitulah para guru mengajarkan.
Ohiya para pecinta literasi juga boleh mampir ke blog saya kok di  (link di sini)      Â
Sekian dulu writing time buat kita. Kalau mau kasih masukan boleh banget comment di kolom komentar yaah, Terima Kasiiih para pecinta literasi.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Â
Kalau kalian mau kepoin karya tulisan dari Ust. Arafat, boleh banget kunjungin link di bawah yaa:
Ditunggu Episode selanjutnya, InsyaAllah, See You!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H