Takdir apa yang telah menunggu Bujang?
Apa yang sebenarnya ingin Tere Liye sampaikan dalam novel ini?
***
Awal mula saya tahu novel pulang sendiri dari akun pribadi Tere Liye. Setelah membaca beberapa kutipan dari Tere Liye saya langsung penasaran. Pengalaman membaca Negeri Para Bedebah yang biasa dibilang cerita aksi yang jenius, saya merasa jika novel terbaru Tere Liye kali ini tidak jauh-jauh dengan Negeri Para Bedebah. Dan benar saja, ada beberapa kemiripan antara Pulang dengan Negeri Para Bedebah–untuk saya pribadi. Mulai dari karakter tokoh utama yang hampir mirip, kecerdasar tokoh utama dan sedikit mengusung bagian politik ekonomi. Sedikit cerita menyedihkan, karna saya sedang tidak ada biaya untuk membeli sendiri novel pulang dan perpustakaan sekolah sama sekali belum menyediakan, akhirnya dengan rasa senang, saya meminjam milik teman kelas sebelah yang sama sekali belum membaca Pulang yang baru dia beli, singkatnya saya pembaca pertama novel miliknya.
Seperti yang saya tuliskan di atas, jadi, novel Tere Liye kali ini menceritakan tentang kisah Bujang sendiri dengan sudut pandang orang pertama juga alur maju mundur. Perjalanan Bujang dari usia lima belas tahun sampai saat ini, saat dia telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah, menjadi jagal dunia hitam, seorang jagal nomor satu. Jenius dan kuat. Satu hal yang membuat saya cukup penasaran adalah saat Tere Liye menceritakan tokoh Bujang yang tidak memiliki rasa takut sama sekali. Wajar saja saya merasa penasaran, sebab saya sendiri memiliki rasa takut yang sangat besar, dan pada beberapa bagian sebelum akhir saya baru menemukan jawaban atas ketidakpunyaan Bujang pada rasa takut.
Untuk karakter Bujang sendiri saya sangat suka, sejak awal membaca saya sudah tertarik dengan karakter Bujang, terlebih dengan penggunaan sudut pandang orang pertama, membuat saya dengan mudah masuk ke dalam cerita. Dan jujur saja, saya begitu menyukai Bujang dalam artian jatuh cinta, mungkin dikarenakan Tere Liye menuliskan karakter Bujang dengan karakter yang hampir mencapai sempurna–membuat perempuan langsung jatuh cinta.
Saya juga menyukai atau bisa dibilang terkesan dengan beberapa karakter tambahan seperti Tauke Besar, Bapak, Mamak, Basyir, Guru Bushi, Salonga dan yang lainnya. Selain itu saya juga suka dengan novel terbaru Tere Liye kali ini yang sekali pun mengusung genre aksi namun memiliki nilai tambahan untuk bagian komedinya terlebih pada bagian saat Bujang bersama si kembar Yuki dan Kiko. Menurut saya karakter Yuki dan Kiko benar-benar bisa mengocok perut, jika boleh jujur saya sampai tertawa membaca bagian itu. Mereka seperti bisa mencairkan suasana sekali pun sering membuat White teman Bujang agak kesal
dan menciptakan pertengkaran dengan White sendiri.
Awalnya saya sangat penasaran dengan judulnya sendiri, kenapa berjudul Pulang. Saya menebak jika apakah Tere Liye berniat menceritakan kisah pulang ke rumah bapak-mamaknya atau pulang dari perjalanan yang panjang. Ternyata pada beberapa bagian sebelum akhir saya baru tahu jika pulang yang dimaksudkan Tere Liye adalah pulang pada panggilan Tuhan.
Saya sangat terkesan dengan pembawaan Tere Liye yang bisa memadukan cerita aksi dengan cerita religius yang mampu menggugah hati. Tere Liye mampu menciptakan suasana yang begitu apik dalam cerita. Dan pada bagian tertentu saya bisa meneteskan air mata saking masuknya ke dalam cerita.
Untuk kekurangannya mungkin saya sulit mengungkapkan, namun sebisa mungkin saya akan mengungkapkan. Kekurangan novel ini dari saya pribadi adalah untuk istilah-istilah yang digunakan Tere Liye seperti cash cow, helipad dan lain sebagainya sulit dipahami oleh orang awam termasuk saya sendiri.