Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Cerpen] Wanodya Bergincu Merah

18 Januari 2025   22:44 Diperbarui: 18 Januari 2025   23:00 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kibrispdr.org/unduh-9/gambar-anime-perempuan-cantik-dan-keren.html#google_vignette

*

Sore itu menjadi hari yang paling menyakitkan buat Tanti. Pasukan Jepang datang ke desa mereka dan menyeret keluar para laki-laki dengan biadab. Bapak dan Mas Danar pun diperlakukan sama. Mereka dianggap sebagai pemberontak.

Tanti menyaksikan dari atas para, yang menjadi tempat berlindung Tanti dan keluarga jika ada serangan.

Bau debu bercampur anyir darah menyelinap di antara celah kayu. Tanti mengecilkan tubuhnya, menempel pada dinding. Ia menahan napas, berharap desah napasnya tidak terdengar. Dari celah kecil, ia menyaksikan pemandangan yang sulit ia pahami.

Ayahnya diseret keluar rumah seperti binatang, dipukul hingga jatuh tersungkur. Mas Danar~ kakak laki-lakinya~ yang selalu menjadi pelindungnya, dipukuli tanpa ampun hingga wajahnya nyaris tak bisa dikenali. Lalu terdengar jeritan ibunya. Jeritan yang akan terus membekas di telinganya selama sisa hidupnya.

Tanti ingin berteriak, tapi suaranya hilang. Tubuhnya kaku, laksana arca. Ia melihat bagaimana ibunya dihempaskan ke lantai, dilecehkan oleh tiga orang tentara Jepang, lalu ditarik dengan kasar, dan akhirnya... lenyap. Jeritannya berhenti tiba-tiba, digantikan oleh keheningan yang lebih menyiksa.

Saat semua berakhir, Tanti melihat keluarganya telah tiada. Luka itu sangat menghujam dalam kalbunya. Para pribumi yang tak berdaya apa-apa. Mereka laksana burung-burung kecil yang sayapnya dengan mudah dipatahkan oleh elang buas bernama penjajah.

Sore itu lahir seorang Tanti yang baru, bukan lagi gadis kecil yang rapuh, tetapi seorang perempuan yang menyimpan dendam sebesar semesta. Ia bertekad akan membalaskan sakit itu dengan caranya sendiri.

Sejak saat itu Tanti hidup dalam kubangan dendam. Seorang gadis remaja, berusia dua belas tahun, terpaksa hidup dengan dendam yang membelenggunya. Dalam otaknya hanya ada satu kata: balas dendam.

Parasnya yang cantik dan tubuhnya yang gemulai memikat mata kaum lelaki. Senyumnya laksana madu hitam, manis di luar tapi pahit di dalam.

Kecantikan Tanti memang mampu membius para lelaki hidung belang. Tanti tahu tempat mereka biasa berkumpul dan target yang dia incar yakni para perwira Jepang. Bagi para perwira Jepang, kecantikan Tanti sangat memabukkan. Tutur katanya yang lembut dan senyumnya yang memikat dipoles gincu merah, selalu menjadi pembicaraan. Oleh karena itu, Tanti menjadi primadona di rumah bordil Kenanga, milik Tuan Guntara. Dia menjadi bahan rebutan di antara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun