Tanti menepiskan tangan Tuan Yoshida dari bahunya. Lelaki itu sudah terlalu mabuk sehingga dia langsung terkapar di atas tatami. Tanti tersenyum puas melihat wajah laki-laki itu pelan-pelan pucat. Rencana Tanti berjalan lancar. Ada senyum durjana di sudut bibirnya yang bergincu merah.Setelah mengambil beberapa lembar uang di kantong Tuan Yoshida, Tanti keluar kamar dan melenggang pulang dari rumah itu dengan puas. Inilah pertama kali dia menjalankan rencananya dan berhasil. Tanti yakin esok hari, akan terjadi kegemparan saat melihat keadaan Tuan Yoshida.
"Mbak Tanti ... Mbak Tanti," teriakan Yasinta membangunkan Tanti yang baru terlelap. Dengan enggan Tanti bangun dan membukakan pintu kamarnya.
"Sampeyan ngrungu kabar Tuan Yoshida?" tanya Yasinta seraya menyerobot masuk.
"Kabar opo? Kenapa Tuan Yoshida?" tanya Tanti setengah terpejam . Tubuhnya dihempaskan kembali ke atas kasur.
"Semalam Tuan Yoshida tewas. Dia terkena serangan jantung di kamarnya. Gempar! Semua tentara Jepang gempar karena Tuan Yoshida melotot saat meninggal," papar Yasinta menggebu-gebu.
"Meninggal? Masa? Dua hari lalu aku masih bertemu dengannya di sana. " Tanti berpura-pura terkejut mendengar berita itu. Tanti memang meminta izin pada Tuan Yoshida kembali ke rumah bordil Kenanga untuk beberapa hari.
"Kata dokter, Tuan Yoshida meninggal karena serangan jantung, Mbak. Kok iso yo ." Yasinta terus nyerocos5 tanpa memedulikan Tanti yang mulai terpejam."
"Mbak kowe Iki diajak omongan kok malah sare," ujar Yasinta seraya menggoncang tubuh Tanti keras.
"Aku ngantuk, Yas. Wis pergi sana aku mau tidur lagi," usir Tanti sambil menarik selimutnya lagi.
Setelah Yasinta keluar, Tanti memandang langit-langit kamar. Ingatannya melayang pada masa lalu kelam yang selama ini membelenggu atmanya.